Tuesday, November 30, 2010

hukum newton pada bidang datar dan miring

Hukum-hukum Newton yang telah kita pelajari sebelumnya dapat digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan mekanika. Sebagai contoh, kita dapat menentukan percepatan gerak sebuah benda dengan mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut. Atau sebaliknya, kita juga bisa menentukan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak, apabila diketahui percepatannya. Mari kita mulai dengan persoalan mekanika yang sangat sederhana……
Catatan :
Dengan berpedoman pada koordinat x dan y, kita tetapkan arah ke kanan dan ke atas sebagai arah positif sedangkan ke bawah dan ke kiri sebagai arah negatif.
Benda yang diletakan pada bidang datar dan ditarik dengan gaya konstan
Permukaan bidang datar sangat licin (gesekan nol)



Pada gambar a, benda di tarik ke kanan dengan konstan F yang sejajar horisontal, sedangkan pada gambar b, benda ditarik ke kanan dengan gaya konstan F yang membentuk sudut terhadap horisontal. Apakah pada benda hanya bekerja gaya tarik F ? mari kita tinjau gaya-gaya yang bekerja pada benda di atas….


Karena permukaan bidang datar sangat licin, maka kita mengandaikan gaya gesekan nol. Dalam kenyataannya gaya gesek tidak pernah bernilai nol. Ini hanya model ideal. Selain gaya tarik F yang arahnya ke kanan, pada benda juga bekerja gaya berat (w) dan gaya normal (N). Pasangan gaya berat w dan gaya normal N bukan pasangan gaya aksi-reaksi. Ingat bahwa gaya aksi-reaksi bekerja pada benda yang berbeda, sedangkan kedua gaya di atas (Gaya berat dan Gaya Normal) bekerja pada benda yang sama. Disebut gaya normal karena arah gaya tersebut tegak lurus bidang di mana benda berada… besar gaya normal sama dengan gaya berat (N = w). Karena gaya normal (N) dan gaya berat (w) memiliki gaya berat yang sama dan arahnya berlawanan maka kedua gaya tersebut saling menghilangkan…. Pada gambar a, benda bergerak karena adanya gaya tarik (F), sedangkan pada gambar b, benda bergerak karena komponen gaya tarik pada arah horisontal (Fx).
Gambar a
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

Gambar b
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

Permukaan bidang datar kasar (ada gaya gesekan)
Sekarang mari kita tinjau benda yang diletakan pada bidang datar yang kasar… Selain ketiga gaya seperti yang telah diuraikan di atas, pada benda juga bekerja gaya gesekan (Fg).

Gambar a
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

Gambar b
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :

Gaya gesekan yang bekerja pada dua permukaan benda yang bersentuhan, ketika benda tersebut belum bergerak disebut gaya gesek statik (lambangnya fs). Gaya gesek statis yang maksimum sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Ketika benda telah bergerak, gaya gesekan antara dua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang lebih kecil agar benda bergerak dengan laju tetap. Ketika benda telah bergerak, gaya gesekan masih bekerja pada permukaan benda yang bersentuhan tersebut. Gaya gesekan yang bekerja ketika benda bergerak disebut gaya gesekan kinetik (lambangnya fk) (kinetik berasal dari bahasa yunani yang berarti “bergerak”). Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesekan bekerja berlawanan arah terhadap kecepatan benda.

Permukaan bidang miring sangat licin (gesekan nol)
Terdapat tiga kondisi yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah. Pada gambar a, benda meluncur pada bidang miring yang licin (gaya gesekan = 0) tanpa ada gaya tarik. Jadi benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin teta). Pada gambar b, benda meluncur pada bidang miring yang licin (gaya gesekan = 0) akibat adanya gaya tarik (F) dan komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin teta). Pada gambar c, benda bergerak akibat adanya komponen gaya tarik yang sejajar permukaan bidang miring (F cos teta) dan komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin teta). Sekarang mari kita tinjau satu persatu…..

Benda bergerak akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring….
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y (vertikal) adalah :


Pada gambar ini (gambar b), benda bergerak akibat adanya gaya tarik F dan komponen gaya berat (w sin teta) yang sejajar permukaan bidang miring.
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y adalah :


Pada gambar ini (gambar c), benda bergerak akibat adanya komponen gaya tarik F yang sejajar permukaan bidang miring (F cos teta) dan komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring ((w sin teta).
Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y adalah :

Permukaan bidang miring kasar (ada gaya gesekan)
Pertama, benda bergerak pada bidang miring akibat adanya komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Karena permukaan bidang miring kasar, maka terdapat gaya gesekan yang arahnya berlawanan dengan arah gerakan benda….

Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y adalah :

Kedua, benda bergerak pada bidang miring akibat adanya gaya tarik (F) dan komponen gaya berat yang sejajar permukaan bidang miring (w sin teta), sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Karena permukaan bidang miring kasar, maka terdapat gaya gesekan (fg) yang arahnya berlawanan dengan arah gerakan benda….

Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y adalah :

Ketiga, benda bergerak akibat adanya komponen gaya tarik yang sejajar permukaan bidang miring (F cos teta) dan komponen gaya berat yang sejajar bidang miring (w sin teta). Karena permukaan bidang miring kasar, maka terdapat gaya gesekan (fg) yang arahnya berlawanan dengan arah gerakan benda….

Berdasarkan hukum II Newton, percepatan gerak benda adalah :

Komponen gaya yang bekerja pada sumbu y adalah :

Jangan dihafal ! dipahami saja, khususnya mengenai komponen gaya yang bekerja pada benda… Kalo dirimu hafal, ntar cepat bingung. Kalo ga ngerti, silahkan bertanya melalui kolom komentar di bawah….

Friday, November 12, 2010

ilmu sosial budaya

Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

Sebuah perubahan bisa terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau sebab dari luar (ekstern). Dalam sebuah masyarakat, perubahan sosial dan budaya bisa terjadi karena sebab dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

1. Sebab Intern
Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal. Tempat tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi dan urbanisasi.

b. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).

c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

2. Sebab Ekstern
Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

a. Adanya pengaruh bencana alam.
Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

b. Adanya peperangan.
Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

c. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.

1. Peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan transportasi. Sebagai contoh, pada zaman nenek moyang kita memasak makanan dengan cara membakarnya, sekarang di zaman modern memasak makanan menggunakan alat modern seperti oven atau membeli makanan yang diawetkan.

2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi meliputi pertanian, peternakan, dan sistem produksi. Sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara berburu atau pekerjaan lainnya, sedangkan kaum perempuan tinggal di rumah mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Sekarang kaum perempuan dapat juga bekerja dan mata pencaharian untuk kaum laki-laki tidak hanya berburu saja, tetapi sudah beragam jenisnya.

3. Sistem kemasyarakatan mencakup sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan belum begitu kompleks orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga selalu hidup bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga karena profesi, dan hobi yang sama seperti ikatan motor gede (MOGE), orari (radio amatir).

4. Bahasa dahulu disampaikan secara lisan. Sekarang bahasa dapat disampaikan melalui beragam media, seperti tulisan, sandi, dan sebagainya.

5. Kesenian mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang Jawa menganggap bahwa sebuah rumah yang indah jika bernuansa gelap, sekarang masyarakat Jawa banyak menyukai rumah yang bernuansa terang ataupun pastel.

6. Sistem pengetahuan berkaitan dengan teknologi. Dahulu kala sistem pengetahuan hanya berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Sekarang ini sistem pengetahuan terus berkembang seiring berkembangnya teknologi.

7. Religi atau sistem kepercayaan dahulu kala berwujud sistem keyakinan dan gagasan tentang dewa, roh halus, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala kegiatan manusia dikaitkan dengan kepercayaan berdasarkan getaran jiwa. Namun, sekarang aktivitas manusia banyak yang dikaitkan dengan akal dan logika.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan kesan positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain.

makalah kimia inti

KIMIA INTI
Kimia inti adalah kajian mengenai perubahan-perubahan dalam inti atom. Perubahan ini disebut reaksi inti. Peluruhan radioaktif dan transmutasi inti merupakan reaksi inti. Radiokimia mempelajari penggunaan teknik-teknik kimia dalam mengkaji zat radioaktif dan pengaruh kimiawi dari radiasi zat radioaktif tersebut. Radioaktivitas adalah fenomena pemancaran partikel dan atau radiasi elektromagnetik oleh inti yang tidak stabil secara spontan .
Inti dapat diubah secara tidak spontan melalui reksi inti. Reaksi inti difokuskan pada penyetaraan reksi, jenis reaksi, dan cara melakukannya. Reaksi inti dapat dipakai sebagai sumber energi, serta untuk mendapatkan zat radioaktif dan unsur baru. Semua unsur yang memiliki nomor atom lebih besar dari 83 adalah radioaktif. Peluruhan radioaktif terjadi melalui pemancaran partikel dasar secara spontan.
Contoh: polonium-210 meluruh spontan menjadi timbal-206 dengan memancarkan sebuah partikel α
Transmutasi inti dihasilkan dari pemboman inti oleh neutron, proton, atau inti lain.
Contoh: konversi nitrogen-14 atmosfer menjadi karbon-14 dan hidrogen
Nukleon : partikel-partikel penyusun inti, yaitu proton dan neutron
Nuklida : suatu spesies nuklir tertentu, dengan lambang:
Z = nomor atom
A = nomor massa = jumlah proton + neutron
N = neutron, biasanya tidak ditulis karena N = A-Z
Isotop : kelompok nuklida dengan nomor atom sama
Isobar : kelompok nuklida dengan nomor massa sama
Isoton : kelompok nuklida dengan neutron sama
C. KESTABILAN INTI
Kestabilan inti tidak dapat diramalkan dengan suatu aturan. Namun, ada beberapa petunjuk empiris yang dapat digunakan untuk mengenal inti yang stabil dan yang bersifat radioaktif/tidak stabil, yaitu:
1. Semua inti yang mempunyai proton 84 atau lebih tidak stabil
2. Aturan ganjil genap, yaitu inti yang mempunyai jumlah proton genap dan jumlah neutron genap lebih stabil daripada inti yang mempunyai jumlah proton dan neutron ganjil
3. Bilangan sakti (magic numbers)
Nuklida yang memiliki neutron dan proton sebanyak bilangan sakti umumnya lebih stabil terhadap reaksi inti dan peluruhan radioaktif.
Bilangan tersebut adalah:
Untuk neutron : 2, 8, 20, 28, 50, 82 dan 126
Untuk proton : 2, 8, 20, 28, 50 dan 82.
Pengaruh bilangan ini untuk stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron untuk gas mulia yang sangat stabil.
4. Kestabilan inti dapat dikaitkan dengan perbandingan neutron-proton.
D. PITA KESTABILAN
Grafik antara banyaknya neutron versus banyaknya proton dalam berbagai isotop yang disebut pita kestabilan menunjukkan inti-inti yang stabil. Inti-inti yang tidak stabil cenderung untuk menyesuaikan perbandingan neutron terhadap proton, agar sama dengan perbandingan pada pita kestabilan. Kebanyakan unsur radioaktif terletak di luar pita ini.


1. Di atas pita kestabilan, Z <>
Untuk mencapai kestabilan :
inti memancarkan (emisi) neutron atau memancarkan partikel beta
2. Di atas pita kestabilan dengan Z > 83, terjadi kelebihan neutron dan proton
Untuk mencapai kestabilan :
Inti memancarkan partikel alfa
3. Di bawah pita kestabilan, Z <>
Untuk mencapai kestabilan :
Inti memancarkan positron atau menangkap elektron
E. ENERGI PENGIKAT INTI
Satu ukuran kuantitatif dari stabilitas inti adalah energi ikatan inti (nuclear binding energy, yaitu energi yang diperlukan untuk memecah inti menjadi komponen-komponennya, proton dan neutron. Kuantitas ini menyatakan konversi massa menjadi energi yang terjadi selama berlangsungnya reaksi inti eksotermik yang menghasilkan pembentukan inti .
Konsep energi ikatan berkembang dari kajian sifat-sifat inti yang menunjukkan bahwa massa inti selalu lebih rendah dibandingkan jumlah massa nukleon.
Contoh : isotop fluorine (F), intinya memiliki 9 proton, 9 elektron dan 10 neutron dengan massa atom yang terukur sebesar 18, 9984 sma.
Analisis perhitungan teoritis massa atom F:
Massa atom = (9 x massa proton) +(9 x massa elektron) + (10 x massa neutron)
= (9 x 1,00728 sma) + ( 9 x 0,000549 sma) + (10 x 1,00867)
= 19, 15708 sma
Harga massa atom F berdasarkan perhitungan ternyata lebih besar dibandingkan dengan massa atom terukur, dengan kelebihan massa sebesar 0,1578 sma.
Selisih antara massa atom dan jumlah massa dari proton, elektron dan neutron disebut cacat massa (mass defect).
Menurut teori relativitas, kehilangan massa muncul sebagai energi (kalor) yang dilepas ke lingkungan. Banyaknya energi yang dilepas dapat ditentukan berdasarkan hubungan kesetaraan massa-energi Einstein ( E = m c2).
ΔE = Δm c2
Dengan faktor konversi : 1 kg = 6,022 x 1026 sma
1 J = 1 kg m2/s2
Untuk atom F tersebut:
ΔE =( -0,1578 sma) (3x 108 m/s)2
= (-1,43 x 1016 sma m2/s2) x (1 kg/6,022 x 1026 sma) x (1 J/1 kg m2s2)
= -2,37 x 10-11 J
Ini merupakan banyaknya energi yang dilepas bila satu inti fluorin-19 dibentuk dari 9 proton dan 10 neutron. Energi yang diperlukan untuk menguraikan inti menjadi proton dan neutron yang terpisah adalah sebesar -2,37 x 10-11 J. Untuk pembentukan 1 mol inti fluorin, energi yang dilepaskan adalah:
ΔE = (-2,37 x 10-11 J) (6,022 x 1023/mol)
= -1,43 x 1013 J/mol
Dengan demikian, energi ikatan inti adalah 1,43 x 1013 J/mol untuk 1 mol inti fluorin-19, yang merupakan kuantitas yang sangat besar bila dibandingkan dengan entalpi reaksi kimia biasa yang hanya sekitar 200 kJ.


F. RADIOAKTIVITAS ALAMI
Disintegrasi inti radioaktif sering merupakan awal dari deret peluruhan radioaktif, yaitu rangkaian reaksi inti yang akhirnya menghasilkan pembentukan isotop stabil. Misalnya adalah deret peluruhan uranium-238 hingga menghasilkan timbal-206 yang stabil.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif meliputi; peluruhan(pemancaran) alfa, peluruhan negatron, peluruhan positron, penangkapan elektron, peluruhan gamma, pemancaran neutron, pemancaran neutron terlambat dan pembelahan spontan.
Pembelahan spontan hanya terjadi pada nuklida-nuklida yang sangat besar dan membelah secara spontan menjadi dua nuklida yang massanya berbeda, misal Cf-254 membelah spontan menjadi Mo-108 dan Ba-142 dengan memancarkan 4 neutron.
G. KINETIKA PELURUHAN RADIOAKTIF
Semua peluruhan radioaktif mengikuti kinetika orde pertama, sehingga laju peluruhan radioaktif pada setiap waktu t adalah:
Laju peluruhan pada waktu t = λN
λ = konstanta laju orde pertama
N = banyaknya inti radioaktif pada waktu t
ln Nt/N0 = - λt
dengan waktu paruh : t1/2 = 0,693/λ
H. TRANSMUTASI INTI
Pada tahun 1919, Rutherford berhasil menembak gas nitrogen dengan partikel alfa dan menghasilkan hidrogen dan oksigen. Reaksi ini merupakan transmutasi buatan pertama, yaitu perubahan satu unsur menjadi unsur lain.
Pada tahun 1934, Irene Joliot-Curie, berhasil membuat atom fosfor yang bersifat radioaktif dengan menembakkan aluminium dengan sinar alfa yang berasal dari polonium.
Beberapa contoh reaksi inti:
1) Penembakan atom litium-7 dengan proton menghasilkan 2 atom helium-4
2) Penembakan nitrogen-14 dengan neutron menghasilkan karbon-14 dan hidrogen
3) Penembakan aluminium-27 dengan proton menghasilkan magnesium-24 dan helium-4
Coba Anda tulis persamaan reaksinya!
I. KEAKTIFAN
Keaktifan suatu cuplikan radioaktif dinyatakan sebagai jumlah disintegrasi(peluruhan) per satuan waktu. Keaktifan tidak lain adalah laju peluruhan dan berbanding lurus dengan jumlah atom yang ada.
A = λ N
Satuan keaktifan adalah Curie (Ci) yang didefinisikan sebagai keaktifan dari 3,7 x 1010 disintegrasi per detik.
Satuan SI untuk keaktifan adalah becquerel dengan lambang Bq
1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
Keaktifan jenis adalah jumlah disintegrasi per satuan waktu per gram bahan radioaktif.


J. DOSIS RADIASI
Untuk menyatakan jumlah atau dosis radiasi yang diserap oleh zat-zat ditetapkan satuan untuk dosis. Di Amerika, satuan dosis yang umum adalah rad dengan lambang rd.
Satu rad setara dengan penyerapan 10-5 J per gram jaringan.
Satuan SI untuk dosis adalah gray dengan lambang Gy. Satu gray setara dengan energi sebanyak 1 joule yang diserap oleh setiap kg zat.
Radiasi neutron lebih berbahaya dari radiasi beta dengan energi dan intensitas yang sama. Untuk membedakan pengaruh radiasi digunakan satuan rem (radiation equivalen of man).
Satu rad sinar alfa lebih merusak daripada satu rad sinar beta. Oleh karena itu rad biasanya dikalikan dengan faktor yang mengukur kerusakan biologi relatif yang disebabkan oleh radiasi. Faktor ini disebut RBE (Relative Biologycal Effetiveness of Radiation). Hasil kali rad dan RBE menghasilkan dosis efektif yang disebut rem (Rontgen Equivalent for Man).
Satu rem suatu macam radiasi akan menghasilkan pengaruh biologi yang sama.
Contoh:
Dosis 0 – 20 rem pengaruh kliniknya tidak terdeteksi , dosis 20-50 sedikit pengaruh pengurangan sementara butir darah putih, dosis 100-200 terdapat pengaruh banyak pengurangan butir darah putih dan pada dosis lebih dari 500 rem dapat menyebabkan kematian.
K. FISI INTI
Fisi inti (nuclear fission) /reaksi fisi adalah proses di mana suatu inti berat (nomor massa >200) membelah diri membentuk inti-inti yang lebih kecil dengan massa menengah dan satu atau lebih neutron. Karena inti berat kurang stabil dibandingkan produknya, proses ini melepaskan banyak energi.
Reaksi fisi uranium-235:
Sebagai contoh adalah energi yang dihasilkan pada pembelahan 235 gram uranium-235 adalah ekivalen dengan energi yang dihasilkan pada pembakaran 500 ton batubara.
Selain besarnya jumlah energi yang besar, ciri penting dari fisi uranium-235 adalah adanya kenyataan bahwa lebih banyak neutron yang dihasilkan dibandingkan dengan yang semula ditangkap dalam prosesnya. Sifat ini memungkinkan berlangsungnya reaksi rantai inti, yaitu serangkaian reaksi fisi yang dapat berlangsung sendiri tanpa bantuan. Neutron yang dihasilkan selama tahap awal dari fisi dapat mengakibatkan terjadinya fisi dalam inti uranium-235 lain, yang selanjutnya menghasilkan neutron lebih banyak dan seterusnya. Dalam waktu kurang dari satu detik, reaksi dapat menjadi tak terkendali, membebaskan banyak sekali kalor ke lingkungan. Agar reaksi rantai terjadi, harus ada cukup uranium-235 dalam sampel untuk menangkap neutron, sehingga dikenal istilah massa kritis, yaitu massa minimum material terfisikan yang diperlukan untuk membangkitkan reaksi rantai inti yang dapat berlangsung sendiri.
L. APLIKASI FISI INTI
Bom Atom
Penerapan pertamakali fisi inti ialah dalam pengembangan bom atom. Faktor krusial dalam rancangan bom ini adalah penentuan massa kritis untuk bom itu. Satu bom atom yang kecil setara dengan 20.000 ton TNT. Massa kritis suatu bom atom biasanya dibentuk dengan menggunakan bahan peledak konvensional seperti TNT tersebut, untuk memaksa bagian-bagian terfisikan menjadi bersatu. Bahan yang pertama diledakkan adalah TNT, sehingga ledakan akan mendorong bagian-bagian yang terfisikan untuk bersama-sama membentuk jumlah yang lebih besar dibandingkan massa kritis.
Uranium-235 adalah bahan terfisikan dalam bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan plutonium-239 digunakan dalam bom yang meledak di Nagasaki.
Reaktor Nuklir
Suatu penerapan damai tetapi kontroversial dari fisi inti adalah pembangkitan listrik menggunakan kalor yang dihasilkan dari reaksi rantai terbatas yang dilakukan dalam suatu reaktor nuklir. Ada 3 jenis reaktor nuklir yang dikenal, yaitu:
a. Reaktor air ringan. Menggunakan air ringan (H2O) sebagai moderator (zat yang dapat mengurangi energi kinetik neutron).
b. Reaktor air berat. Menggunakan D2O sebagai moderator.
c. Reaktor Pembiak (Breeder Reactor). Menggunakan bahan bakar uranium, tetapi tidak seperti reaktor nuklir konvensional, reaktor ini menghasilkan bahan terfisikan lebih banyak daripada yang digunakan.
M. FUSI INTI
Fusi inti (nuclear fusion) atau reaksi fusi adalah proses penggabungan inti kecil menjadi inti yang lebih besar. Reaksi ini relatif terbebas dari masalah pembuangan limbah.
Dasar bagi penelitian pemakaian fusi inti untuk produksi energi adalah perilaku yang diperlihatkan jika dua inti ringan bergabung atau berfusi membentuk inti yang lebih besar dan lebih stabil, banyak energi yang akan dilepas selama prosesnya.
Fusi inti yang terus-menerus terjadi di matahari yang terutama tersusun atas hidrogen dan helium.
Reaksi fusi hanya terjadi pada suhu yang sangat tinggi sehingga reaksi ini sering dinamakan reaksi termonuklir. Suhu di bagian dalam matahari mencapai 15 jutaoC!!!!!!
Aplikasi Fusi Inti yang telah dikembangkan adalah bom hidrogen.

N. PENGGUNAAN RADIOISOTOP
Radioisotop adalah isotop suatu unsur yang radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif. Isotop suatu unsur baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama.
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi /sumber sinar.
Berikut beberapa contoh penggunaan radioisotop dalam berbagai bidang:
1. Bidang kimia
Teknik perunut dapat dipakai untuk mempelajari mekanisme berbagai reaksi kimia seperti esterifikasi dan fotosintesis.
Penetapan struktur senyawa kimia seperti ion tiosulfat.
Analisis pengenceran isotop dan analisis pengaktifan neutron (dalam bidang perminyakan, pengendalian polusi, obat-obatan, geologi, elektronika, kriminologi, oseanografi dan arkeologi).
2. Bidang kedokteran
Isotop natrium-24 digunakan untuk mengikuti peredaran darah dalam tubuh manusia , mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid dengan isotop I-131, menentukan tempat tumor otak dengan radioisotop fosfor, Fe-59 untuk mengukur laju pembentukan sel darah merah. Kobalt-60 digunakan untuk pengobatan kanker, teknetium-99 untuk alat diagnostik gambaran jantung, hati dan paru-paru pasien.
3. Bidang pertanian
Radiasi gamma dapat digunakan untuk memperoleh bibit unggul dan radiisotop fosfor untuk mempelajari pemakaian pupuk oleh tanaman.
4. Bidang Industri
Untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam dalam tanah atau beton, menentukan keausan atau keroposan yang terjadi pada bagian pengelasan antar logam,
5. Penentuan umur batuan atau fosil
O. SIFAT INTI
Setiap inti atom mempunyai ukuran, bentuk, massa dan energi tertentu. Ukuran inti mula mula dikemukakan oleh rutherford dari hasil percobaan pengamburan sinar alfa. Jari-jari atom menurut perhitungannya, kemudian dengan cara yang lebih teliti dapat diketahui jari-jari sejumlah nuklida. Pada bukti inti diandaikan bahwa proton terbesar merata dalam inti sehingga penyebaran proton dapat dipakai untuk mengetahui bentuk inti tersebut. Bentuk penyerapan proton dapat diteliti dari gaya tarik Coloumb antara proton dalam inti dengan elektron yang mengelilinginya. Inti yang tidak bulat mempunyai momen kuadrupol listrik yang merupakan gaya tambahan kepada gaya Coloumb.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2009. Kimia Inti dan Radiokimia. Online. (http://antunikimia.blogspot.com /2009/05/kimia-inti-dan-radiokimia.html, akses hari Minggu tanggal 14 Maret 2010)
Sukri. 1999. Kimia Dasar III. Bandung : ITB

Tuesday, November 9, 2010

makalah teropong bintang

ALAT-ALAT UKUR


I. Hari/Tanggal : Rabu, 27 Oktober 2010
II. Topik : Alat-alat Ukur
III. Tujuan : Untuk mengetahui berbagai jenis dan spesifikasi alat-alat ukur fisika dan penggunaanya
IV. Kajian Teori :
Maharta, (1987:239) menyatakan bahwa teropong adalah alat optic untuk melihat benda jauh ( seperti bintang, bulan ) agar tampak dekat dan jelas. Pada dasarnya teropong terdiri dari sebuah lensa obyektif dan sebuah lensa okuler
Teropong bintang (astronomi)

Keterangan
- Benda di jauh tak hingga (S = ∞) bayangan yang di bentuk lensa obyektif berada di titik focus lensa obyektif.
- Untuk mata tak berakomodasi, bayangan yang di bentuk lensa obyektif harus berada dititik focus lensa okuler sehingga Fob berhimpit dengan Fok.
Karena pengamatan benda-benda di angkasa dilakukan berjam-jam, maka biasanya di lakukan dengan mata tak berakomodasi.
Perbesaran teropong untuk mata tak berakomodasi :


Panjang teropong : d = Fob + Fok

Widagdo,(1985:132) menyatakan dengan sebuah teleskop kita dapat melihat benda-benda yang jauh sekali yang tidak dapat dilihatnya dengan mata telanjang.
Bayangan sejati yang di bentuk oleh obyektif jauh lebih kecil dari pada bendanya, tetapi karena telah didekatkan pada yang mengamatinya, maka dapat diselidiki melalui okuler yang bekerja sebagai lup.
Anonimus (2009) Teleskop merupakan alat paling penting dalam pengamatan astronomi. Jenis teleskop (biasanya optik) yang dipakai untuk maksud bukan astronomis antara lain adalah transit, monokular, binokular, lensa kamera, atau keker. Teleskop memperbesar ukuran sudut benda, dan juga kecerahannya.
Galileo diakui menjadi yang pertama dalam menggunakan teleskop untuk maksud astronomis. Pada awalnya teleskop dibuat hanya dalam rentang panjang gelombang, tampak saja (seperti yang dibuat oleh Galileo, Newton, Foucault, Hale, Meinel, dan lainnya), kemudian berkembang ke panjang gelombang radio setelah tahun 1945, dan kini teleskop meliput seluruh spektrum elektromagnetik setelah makin majunya penjelajahan angkasa setelah tahun 1960.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata bugil.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya .
Teropong bintang atau teropong astronomi digunakan untuk mengamati benda-benda angkasa luar. Teropong bintang menggunakan dua buah lensa positif, masing-masing sebagai lensa obyektif dan lensa okuler. Berbeda dengan mikroskop, pada teropong jarak focus lensa obyektif lebih besar dari jarak focus lensa okuler.

V. Data Hasil Pengamatan
A. Nama Alat ukur yang dipelajari : Teropong
B. Kegunaan / fungsi alat ukur : Memfokuskan cahaya, sehingga benda-benda yang jauh atau letaknya tak terhingga dapat terlihat lebih dekat.
C. Spesifikasi alat ukur : - model 80060 telescope – focal length :


D. Gambar Alat Ukur




E. Komponen dan prinsip kerja alat ukur :
Komponen :
1. Penyangga
2. Lensa pembidik
3. Lensa objektif
4. Lensa okuler
5. Pengatur panjang focus
6. Pemutar (ensel)
Prinsip kerja :
1. Mengkalibrasikan antara lensa pembidik dengan lensa okuler.
2. Mengarahkan lensa pembidik pada sasaran yang akan di bidik.
3. Setelah obyek terlihat, mengatur lensa okuler dengan cara memutar pengatur panjang lensa okuler untuk mendapatkan obyek yang jelas.
4. Untuk memperbesar obyek, tambahkan lensa sesuai spesifikasi.
F. Contoh penggunaan alat : mengamati obyek berupa tiang listrik di UM Metro.


VI. Pembahasan :
Obyek benda yang diamati berada di tempat yang jauh tak terhingga, berkas cahaya datang berupa sinar-sinar yang sejajar. Lensa obyektif berupa lensa cembung membentuk bayangan yang bersifat nyata, diperkecil dan terbalik berada pada titik fokus. Bayangan yang dibentuk lensa obyektif menjadi benda bagi lensa okuler yang jatuh tepat pada titik fokus lensa okuler.
Yang pertama disebut mikroteleskop karena gabungan antara mikroskop dan teleskop. Prinsip kerja teleskop ini sebetulnya merupakan prinsip kerja sebuah mikroskop yang obyeknya berupa image yang dihasilkan oleh obyektif teleskop (lensa fotokopi). Menggunakan lensa lup (magnifier) yang besar juga bisa tapi kelemahannya fokusnya terlalu pendek akan terjadi pembiasan karena lensa tunggal dan biasanya lensa ini tidak mengalami proses coating (pelapisan) untuk mengurangi efek pembiasan. Sedangkan lensa fotokopi merupakan lensa gabungan sehingga dapat menghasilkan citra yang lebih tajam dan bagus karena citra dari obyektif inilah yang akan dilihat/dibesarkan oleh sistem mikroskop tsb, keuntungan mikroteleskop ini adalah gambar yang dihasilkan tegak/tidak terbalik.
.
Cara yang kedua, menggunakan langsung obyektif mikroskop sebagai eyepiece (okuler teleskop) dan lensa fotokopi sebagai obyektifnya. Prinsipnya adalah teleskop biasa yaitu menghimpitkan fokus antara obyektif dan okuler sehingga diperoleh kesan bayangan yang dibesarkan. Bayangan yang dihasilkan pada teleskop ini terbalik dari bendanya seperti lazimnya sebuah teleskop. Sistem fokuser dapat dibuat yang lebih baik menggunakan sistem ulir/sekrup, namun kalau kesulitan lobang bagian belakang diberi shok menggunakan gulungan kertas atau alumunium bubut sehingga bagian eyepiece/okuler dapat dimaju-mundurkan untuk mendapatkan fokus yang tepat. Bagian eyepice (okuler) juga dapat digunakan okuler milik binokuler. Kalau sudah oke tinggal taruh di atas penyangga/tripod dengan dudukan/mounting yang telah kita siapkan.
¬Sebuah teleskop mempunyai dua sifat-sifat umum:
* Seberapa baik dapat mengumpulkan cahaya
* Berapa banyak dapat memperbesar gambar
Sebuah kemampuan teleskop untuk mengumpulkan cahaya yang langsung berhubungan dengan diameter lensa atau cermin – aperture – yang digunakan untuk mengumpulkan cahaya. Umumnya, semakin besar aperture, semakin menyalakan teleskop mengumpulkan dan membawa fokus, dan terang gambar akhir.
Teleskop’s pembesaran, kemampuannya untuk memperbesar gambar, tergantung pada kombinasi lensa yang digunakan. Lensa mata melakukan perbesaran. Karena setiap perbesaran dapat dicapai dengan hampir setiap teleskop dengan menggunakan eyepieces berbeda, aperture adalah fitur yang lebih penting daripada pembesaran.
VII. Kesimpulan :
Teropong bintang atau teleskop astronomi merupakan alat optic yang digunakan untuk melihat benda yang jauh seperti bintang dan bulan, teropong ini menggunakan dua buah lensa positif yaitu lensa obyektif dan lensa okuler.

VIII. Daftar Pustaka :

Anonimus.2009.Teropong.http://www.scribd.com/doc/29316305/Teropong

Maharta, Nengah.1987. Belajar Fisika Sistematis. Bandung : Conseps Science Bandung

Mangunwiyoto, Widagdo. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga


Wednesday, November 3, 2010

contoh karya ilmiah dari hasil observasi dinas kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu yang menyusui serta anak bawah lima tahun (1).

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.Patologi adalah pelajaran tentang penyakit.Subyek pengklasifikasian sistimatik penyakit disebut nosologi.Badan pengetahuan yang lebih luas tentang penyakit adalah kedokteran.

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menjangkiti tubuh manusia.Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau jamur.Beberapa jenis penyakit yang menular seperti anthrax, demam berdarah, diare, malaria, rabies, tuberkulosis, penyakit tangan, kaki dan lain-lain.

Penyakit Kronis adalah penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis yang sering menyebabkan kematian kepada si penderitanya seperti AIDS.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menulardalam masyarakat yang jumlah penderita meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.Dengan begitu harus dikehendaki agar wabah dapat segera ditetapkan apabila ditemukan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut belum menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam masyarakat.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulya atau meningkatnya kejadian morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epiodemologis pada suatu daerah dalam periode tertentu. Apa bila didapatkan penderita atau tersangka penderita KLB ini, Kepala Wilayah atau Daerah wajib segera melaksanakan tindakan penanggulangan seperlunya dengan bantuan Unit Kesehatan setempat agar tidak berkembang menjadi wabah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang menyebabkan penyakit bisa menular?
2. Apa saja dampak yang diakibatkan oleh penyakit menular terhadap tubuh kita?
3. Apa saja gejala-gejala bagi seorang yang terjangkit penyakit menular?
4. Bagaimana cara memutuskan rantai penularan atau menyembuhkan penyakit menular?
5. Apa yang harus dilakukan dalam mencegah penyakit agar tidak menyebar luas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara penularan penyakit yang mudah menular.
2. Untuk mengetahui apa saja dampak yang telah diakibatkan oleh penyakit menular.
3. Untuk mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan oleh seseorang yang terjangkit penyakit menular.
4. Untuk mengetahui cara yang tepat dalam memutuskan rantai penularan serta cara penyembuhan yang terbaik bagi para penderita.
5. Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam mengantisipasi penyakit agar tidak meluas dan sampai memakan korban.

















BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYAKIT TUBERKULOSIS ATAU TB
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis /TBC), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Tuberkulosis adalah kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Saat ini micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.
Indonesia merupakan penyumbang penderita TBC nomor 3 di dunia setelah India dan Cina. Dengan diketahuinya penyakit TB ini menularar dan berbahaya maka segenap daerah yang ada di Indonesia mencoba untuk mencegah dan mengobati penyakit ini agar tidak semakin meluas, seperti yang ada di kota Metro (Lampung) Dalam pemberantasan penyakit TBC atau kuman tuberkulosis di kota Metro mengacu kepada kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dengan strategi DOTS yang direkomondasi WHO yang mulai dilaksanakan pada tehun 1995. Di kota Metro terdapat 4 rumah sakit (RSU A Yani, RSU Mardi Waluyo, RS Islam dan RS Muhammadiyah). Sebanyak 3 rumah sakit yang sudah melakukan MOU untuk mlakukan pengobatan penderita TB dengan stratgi DOTS. Pada tahun 2001 telah dibentuk Tim Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TBC tingkat Provinsi dan Tim Gardunas TBC tingkat kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar. Kota Metro memiliki Puskesmas pembantu. Pelaksanaan program penanggulangan TBC di kota Metro dilakukan pada 1 Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), 3 Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) dan 6 Puskesmas Satelit. Jumlah Rumah Sakit di kota Metro yaitu 4 unit, terdiri dari 1 RS Pemerintah dan 3 RS Swasta, Balai Pengobatan 3 unit serta Rumah Bersalin 7 unit. Jumlah Dokter Praktik Swasta di Kota Metro yaitu 65 orang tersebar diwilayah kota Metro.
Dalam rangka evaluasi hasil kegiatan Penanggulangan Penyakit TB telah dilakukan pertemuan evaluasi program secara rutin per Triwulan dengan melibatkan Pengelola TB Puskesmas dan Rumah Sakit se Kota Metro. Adapun hasil kegiatan program p2TB dikota Metro tahun 2009 yaitu Cakupan Penemuan Kasus (CDR) sebesar 44.09 % terjadi penurunan sebsar 6.61% jika dibandingkan dengan tahun 2008 (50.7%). Angka konversi yaitu 70.83% berarti terjadi peningkatan 4.23% dibandingkan dengan tahun 2008 (66.6%), sedangkan angka ksembuhan (Cure Rate) pada tahun 2009 yaitu 81.65% berarti terjadi penurunan sebsar 2.01% jika disbandingkan tahun 2008 (90.32%). Angka CNR tahun 2009 yaitu 215.44/100.000 penduduk.
Dari data diatas harus diwaspadai karena terjadi penurunan angka CDR walaupun walaupun terjadi peningkatan angka konversi angka cure rate artinya dari kasus TB yang ditemukan dan diobatitelah dilakukan manajemen kasus dengan baik tetapi perlu diupayakan lebih maksimal dalam rangka peningkatan mutu playanan pengobatan penderita TB.
Program penanggulangan TBC sampai saat ini menimbulkan harapan walaupun dalam situasi krisis yang sulit. Pencanangan GERDUNAS TBC sebagai gerakan terpadu nasional telah mendorong timbulnya komitmen politis yang kuat sehingga penyebaran DOTS dapat terlaksana dengan baik, walaupun dalam pelaksanaan dilapangan adanya GERDUNAS TBC masih belum bisa berjalan sperti yang diharapkan tetapi terus dilakukan upaya pendekatan dalam rangka peningkatan vakupan program p2TB di kota Metro.
Dalam rangka kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam kegiatan program P2TB telah dibentuk TIM Gerdunas TB kota Metro yang melibatkan lintas program dan sector terkait, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di kota dan kecamatan di wilayah kota Metro dan telah dilakukan pertemuan rutin dalam rangka evaluasi peran Tim Gerdunas TB dalam kegiatan program P2TB di kota Metro.
Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan penanggulangan TBC, prioritas ditunjukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, penggunaan obat yang rasional dan paduan obat yang sesuai dengan strategi DOTS. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO. PMO adalah seseorang yang bertugas untuk mengawasi, memberikan dorongan dan memastikan pendrita TB menelan OAT secara teratur sampai selesai. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan tetapi bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat bersal dari keluarga penderita, Tokoh Agama (TOGA) dan Tokoh Masyarakat (TOMA). Peran seorang PMO sangat penting dalam pengobatan penderita tuberculosis karena dengan pengobatan yang cukup lama yaitu 6-8 bulan dipelukan pengawasan langsung bagi pendrita terutama pada tahap intensif pada 2 bulan pertamadan juga pada fase lanjutan karena dihawatirkan penderita akan mengkir atau putus berobat sebelum berahirnya masa pengobatan. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap dimasa lalu dapat menimbulkan kekebalan ganda kuman TBC terhadap OAT atau Multi Drag Resistance (dep kes RI, 2002).

CASE DETECTION RATE (CDR)
PROGRAM P2 TB KOTA METRO TAHUN 2001-2009







ANGKA KONVERSI
PROGRAM P2 TB KOTA METRO TAHUN 2001-2009


CASE NOTIFICATION RATE (CNR)
PROGRAM P2 TB KOTA METRO TAHUN 2001-2009


ANGKA CURE RATE
PROGRAM P2 TB KOTA METRO TAHUN 2001-2009


SUCCES RATE
PROGRAM P2 TB KOTA METRO TAHUN 2001-2009


B. PENYAKIT ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Penyakit ISPA atau dikenal sebagai penyakit infeksi pada saluran pernapasan akut. Infeksi ini menyerang akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang pentingkarena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Oleh karena itu penyakit ISPA ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk didalamnya di Provinsi Lampung dan Kota Metro. Menurut hasil yang ada di kota Metro setelah dilakukan penyelidikan terhadap penyakit ini, maka diketahui penyakit ISPA pnemonia masih cukup melegakan. Dari hasil yang diketahui cakupan pnemonia pada balita di kota Metro masih sangat rendah dari target yang telah ditetapkan. Cakupan program p2 ISPA yaitu penemuan kasus pneumonia di kota Metro pada tahun 2009 yaitu 13.25%, terjadi penurunan cakupan sebesar 6.22% jika disbanding dengan tahun 2008 sebesar 19.47% cakupan pneumonia balita tertinggi yaitu di puskesmas Banjar Asri sebesar 71.43%, sedangkan terendah yaitu di puskesmas Yosodadiyaitu 0%. Untuk cakupan program ISPA Non Pnemonia pada tahu 2009 ditemukan sebanyak 18.861 kasus.
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA terdapat berbagai kendala yakni diantaranya keterlambatan laporan dari puskesmas ke Dinas Kota Metro pada setiap bulannya sehinnga terjadi keterlambatan laporan dari Dinkes Metro ke Dinkes Provinsi, cakupan pneumonia masih jauh dibawah target (<10% dari jumlah balita), petugas puskesmas dalam pemeriksaan balita sakit yang berobat tidak atau jarag menggunakan sound timer dalam rangka mendiagnosa kasus pneumonia, rendahnya kerjasama lintas program dalam pelaksanaan program p2 ISPA dan NAKES yang telah dilatih MTBS tidak melakukan desinfo kepada petugas lain dipuskesmas dalam rangka penjaringan kasus ISPA di pneumonia puskesmas.
Dalam pelaksanaan program ini terdapat rencana tindak lanjut untuk periode berikutnya seperti menghimbau puskesmas agar mengirimkan laporan kegiata program tepat waktu dalam rangka validitas data puskesmas dan keterlambatan pengiriman laporan bulanan program P2 ISPA ke Dinkes Provinsi Lampung, menghimbau petugas puskesmas untuk selalu untuk menggunakan Protap dan Sound Timer dalam pemeriksaan dan pendiagnosaan kasus pneumonia pada setiap balita sakit yang dating berobat ke puskesmas,menghimbau petugas puskesmas untuk melakukan MTBS bagi semua balita yang sakit yang dating berobat ke puskesmas dalam rangka penemuan penderita pneumonia di kota Metro, meningkatkan kerjasama dengan lintas program dalampelaksanaan program P2 ISPA di puskesmas, mengaktifkan SK Kepala Dinas tentang pelaksanaan MTBS di kota Metro yaitu dengan melibatkan lintas program terkait dalam rangka peningkatan cakupan program P2 ISPA di puskesmas kota Metro dan melaksanakan supervise atau imbingan teknis tentang pelaksanaan MTBS ke puskesmas.
Hasil Pelaksanaan Program P2 ISPA di Kota Metro :

PROSENTASE CAKUPAN PENYAKIT ISPA PNEUMONIA BALITA
(<1-4 th) PER PUSKESMAS DI KOTA METRO TAHUN 2009


JUMLAH PENEMUAN KASUS PENYAKIT ISPA NON PNEUMONIA BALITAPER PUSKESMAS
DI KOTA METRO TAHUN 2009

C. PENYAKIT KUSTA
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta. Dua negara lainnya adalah India dan Brazil.
Bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ahli fisika Norwegia bernama Gerhard Armauer Hansen, pada tahun 1873 lalu.Umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah.
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta.
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.
Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu.
Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik.Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Secara umum, tanda-tanda itu adalah :
• Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia.
• Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
• Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
• Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit.
• Alis rambut rontok.
• Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :
• Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
• Anoreksia.
• Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
• Cephalgia.
• Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
• Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
• Neuritis.
Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.
Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 di Jenewa, 1991, disetujui resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.
Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar.Yang pertama adalah pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson.Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
Obat terapi multiobat kusta.Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama.Cara ini aman dan mudah.Jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.
Oleh karena Indonesia adalah rengking no 3 dalam jumlah penderita kusta maka di Provinsi Lampung khususnya kota Metro melakukan kegiatan untuk mengantisipasi penyakit ini tidak menyebar lebih luas hingga memakan korban. Dalam melakukan pelaksanaan program P2 Kusta bahwa didaerah lampung khususnya kota Metro terdapat berbagai kasus yakni penyakit kusta yang ada di kota Metro selama ini dilaksanakan secara pasif yaitu hanya dari penderita yang datang berobat ke puskesmas. Kendala yang dihadapi di puskesmas yaitu tenaga pengelola P2 Kusta belum pernah dilatih program P2 Kusta, demikian juga untuk tenga di kota Metro belum ada yang pernah dilatih program P2 Kusta. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya kegiatan program P2 Kusta karena tidak menutup kemungkinan terhadap penderita kusta diwilayah kerja puskesmas di kota Metro. Pada tahun 2009 idak terdapat penderita kusta dilaporkan oleh puskesmas yang ada dikota Metro. Dalam penatalasanaan kasus tahap pengobatan di kota Metro sudah dilakukan oleh pengelola program P2 Kusta Puskesmas. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.
Kendala dalam pelaksanaan Program P2 Kusta seperti tenaga pengelola Program P2 Kusta di Kota Metro belum diikutkan pelatihan Program P2 Kusta oleh Dinkes Provinsi Lampung, tenaga pengelola Program P2 Kusta di puskesmas diwilayah kota Metro belum pernah dilatih Program P2 Kusta, pelaksanaan kegiatan Program P2 Kusta dikota Metro belu bisa berjalan seperti yang diharapkan karena kegiatan Case Finding atau penemuan kasus dan Case Holding atau penatalaksanaan kasus belum bisa berjalan dengan baik dan pencatatan dan pelaporan kusta sudah dilapokan ke Dinkes jika ditemukan puskesmas.
Untuk periode selajutnya terdapatbrencana tindak lanjut seperti mengoptimalkan kegiatan penemuan penderita melalui penemuan penderita kusta di puskesmas secara aktif dan pasif, mengusulkan kedinas kesehatan Provinsi Lampung agar petugas Dinkes (pengelola Program P2 Kusta) dan petugas pengelola Program P2 Kusta Puskesmas agar dilatih Program P2 Kusta dan melakukan Advocacy ke Pemda Kota Metro dalam rangka dukungan politis dan dukungan dana kegiatan Program P2 Kusta di kota Metro di tahun 2010.






D. PENYAKIT IMS dan HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease (STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi (lebih tepatnya infeksi-infeksi) yang digolongkan dalam IMS/PMS salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular. Jenisnya sangat banyak, semakin sering kita berganti-ganti pasangan seks semakin besar kemungkinan tertular (bisa saja tertular berbagai macam virus, bakteri, jamur, dan protozoa dalam tubuh kita).Ada jenis yang efeknya terasa dalam 3 hari sesudah terpajan (terkena), ada pula yang membutuhkan waktu lama.Sebaiknya IMS cepat diobati karena menjadi pintu gerbang masuknya HIV ke dalam tubuh kita.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua Negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya.Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala dan komplikasi

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan.Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo.Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat selakan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat.Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting.Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Biasanya dalam penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi.Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang.Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang salah satunya terkena HIV.
Dalam penularan penyakit ini bukan hanya melewati hubungan seksual akan tetapi lewat ibu yang meyusui, lewat donor atau transfusi darah, bayi dalam kandungan atau rahim, penggunaan jarum suntik berama-sama dan masih banyak lagi.
Di Negara Indonesia penyakit ini masih menjadi momok yang menakutkan karena masih banyak para penderita HIV/AIDS maupun IMS yang belum diketahui bagaimana cara dalam menyembuhkannya. Sampai sekarang belum ditemukan obat yang mutahir yang mampu menyembuhkan penyakit ini. Oleh sebab itu untuk mengurangi resiko kematian yang disebabkan penyakit ini yang mampu menular ke orang lain, maka dilakukannya pengobatan dan pencegahan dengan cara memberi tahu masyarakat yang ada di Indonesia, tetapi pencegahan serta pengobatan ini sangat sulit karena bagi para penderita misalnya, penderita kebanyakan cenderung untuk tertup dalam mencari pengobatan penyakitnya. Hal ini mungkin disebabka karena jika seseorang diketahui menderita IMS dan HIV/AIDS terdapat fenomena di masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai norma-norma agama dan menjunjung adat istiadat akan mendiskriminasi penderita. Padahal hal ini lambat laun perlu dihilangkan karena diharapkan jika masyarakat sitemukan seseorang dengan IMS dan HIV/AIDS bisa segera diketahui dalam rangka menghindari atau menimalisir terjadi penularan penyakit. Oleh karena itu di Provinsi Metro melakukan pelaksanaan program P2 HIV/AIDS, telah diketahui pada tahun tahun 2008 terdapat 7 orang menderita HIV/AIDS, dimana 2 orang meninggal pada tahun 2005. Pada tahun 2009 terdapat 1 penderita HIV/AIDS meninggal. Jadi penderita HIV/AIDS di kota Metro pada tahun 2009 ada 4 orang. Perlu diwaspadai dan diantisipasi bahwa penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun di Provinsi Lampung termasuk di kota Metro meningkat. Seperti kita ketahui penderita HIV/AIDS merupakan venomena gunung es, dimana kasus penderita HIV/AIDS yang sebenarnya mungkin lebih banyak daripada yang terpantau. Hal ini karena penderita HIV/AIDS pada umumnya tersembunyi dan mentupi penyakitnya karena asih stigma di masyarakat bagi para penderita HIV/AIDS dikucilkan dan diasingkan dari pergaulan. Sebagai gambaran bahwa bila terdapat 1 penderita HIV/AIDS maka diperkirakan terdapat sekitar100 orang disekitarnya berpotensi terkena HIV/AIDS.
Pada tahun 2008 telah terbentuk KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di kota Metro, dimana kota Metro termasuk kab/kota yang mendapat bantuan dana dari KPA Nasional selain kota Bandar Lampung. Diharapkan dengan andanya KPA di kota Metro akan semakin baik Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral dalam penanggulangan penyakit HIV/AIDS di kota Metro.
Dalam melaksanakan program P2 HIV/AIDS ini memiliki berbagai kendala seperti di kota Metro belum menyusun Rencana Strategis Penanggulangan HIV/AIDS, di kota Metro juga belummenganggarkan untuk kegiatan survey HIV/AIDS, peran serta masyarakat masih rendah karena kurangnya Desiminasi Informasi tentang program P2 IMS dan HIV/AIDS kepada masyarakat dankurangnya kerjasama lintas program dan sektoral dalam pelaksanaa program P2 IMS dan HIV/AIDS.
Di dalam program ini terdapat rencana tindak lanjut untuk periode selanjutnya yakni mengadakan kerjasama dengan KPA kota Metro dalam melaksanakan program P2 HIV/AIDS di kota Metro, sosialisasi dan advokasi kepada Pemda Kota Metro tentang pentingnya Renstra dan dukungan politis serta dana dalam kegiatan program P2 HIV/AIDS, meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan sektoral terkait dalam pelaksanaan kegiatan program P2 IMS dan HIV/AIDS, melibatkan LSM peduli AIDS dalam rangka pelaksanaan program P2 HIV/AIDS di kota Metro dan membentuk klinik VCT di kota Metro.





E. PENYAKIT DIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar atau suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya(3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan seminimal mungkin. Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di India dan Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain diatas belum pernah terdeksi. Pada daerah Provinsi Lampung khususnya di Kota Metro. Pelaksanaan pemberantasan penyakit diare di kota Metro meliputi kegiatan penemuan dan pengobatan penderita baik disarana kesehatan meupun kader kesehatan. Hasil kegiatan program P2 Diare di Pusksmas di kota Metro yang terlaporkan pada tahun 2009 sebanyak 4362 kasus diare yang terlaporkan dari puskesmas di kota Metro. Sedangkan pada tahun 2008 yaitu 5222 kasus.Kasus diare yang ditemukan dan dilaporkan oleh kader pada tahun 2009 sebanyak 57 kasus dengan pemakaian oralit sbanyak 412 bungkus.
Penggunaan cairan rhidriasi atau oralit pada tahun 2009 sebesar 20489 bungkus. Pemakaian oralit sharusnya minimal yaitu 61467 bungkus. Ideal penggunaan cairan oralit perkasus sebanyak 5-6 per pendrita. Rendahnya pemakaian oralit tersebut disebabkan oleh rendahnya peran serta kader dalam melaporkan pemakaian cairan oralit.
Dari hasil Inciden Rate yakni tertinggi di puskesmas Mulyojati (56.12 per 1000 penduduk) sedangkan terendah terdapat di puskesmas Ganjar Agung (19.65 per 1000 penduduk). Insiden Rate Penyakit Diare di Kota Metro pada tahun 2009 yaitu 32.06 per 1000 penduduk. Adapun penmuan penderita diare, pemakaian oralit, CFR dan pran serta kader kesehatan per puskesmas di kota Metro tahun 2009 sebagai berikut :
1. Puskesmas Iringmulyo
Jumlah penderita diare pada tahun 2008 ditemukan 1379 kasus pemakaian oralit sebanyak 3573 bungkus. Insiden Rate penyakit diare padan tahun 2008 sebesar 25.8 per 1000 penduduk dan CFR 0%. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan kasus diare sebanyak 703 kasus dengan pemakaian oralit sebanyak 3515 bungkus. Oleh karena itu terjadi penurunan kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas Iringmulyo sebesar 49% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Jadi kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah memadai. Insiden Rate di Puskesmas Iringmulyo pada tahun 2009 yaitu 39.17 per 1000 penduduk dan CFR 0%
2. Puskesmas Banjarsari
Diwilah kerja puskesmas Banjarsari pada tahun 2008 ditemukan 1134 kasus dengan Insiden Rate yaitu 87.45 per 1000 penduduk dan CFR 0%. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan kasus diare sebanyak 377 kasus dengan pemakaian oralit sebanyak 673 bungkus. Insiden Rate yaitu 41.59 per 1000 penduduk dan CFR 0%. Oleh karena itu terjadi penurunan Insiden Rate sebesar 45.86% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Jadi kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat. Pemberian oralit kepada penderita diare masih belum seperti yang seharusnya.
3. Puskesmas Bantul
Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare 958 penderita. Angka Insiden Rate penyakit diare sebesar 75.22 per 1000 penduduk dan CFR 0%, berarti tidak ada kasus kematian. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan kasus diare sebanyak 498 kasus dengan pemakaian oralit sebanyak 2988 bungkus. Penemuan penderita diare oleh kader Posyandu di wilayah puskesmas Bantul yaitu sebanyak 12 kasus dengan pemakaian oralit sebanyak 72 bungkus. Insiden Rate kasus diare sebesar 39.26 per 1000 penduduk dan CFR 0%. Oleh karena itu terjadi penurunan Insiden Rate penyakit diare di wilayah puskesmas Bantul sebesar 35.96% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Jadi kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah memadai.
4. Puskesmas Ganjar Agung
Diwilah kerja puskesmas Ganjar Agung pada tahun 2008 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 419 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 5444 penderita dan target program sebesar 233 penderita. Angka Insiden Rate pada tahun 2008 yaitu 37.46 per 1000. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan kasus diare sebanyak 208. Penemuan penderita diare oleh kader Posyandu di wilayah puskesmas Ganjar Agung yaitu sebanyak 45 kasus dengan pemakaian oralit sebanyak 160 bungkus. Angka Insiden Rate penyakit diare pada tahun 2009 sebesar 19.65 per 1000 penduduk berarti terjadi penurunan Insiden kasus diare di wilayah puskesmas Ganjar Agung sebesar 17.81% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Angaka CFR penyakit diare sebesar 0% berarti tidak terjadi kasus kematian. Hal ini kemungkinan kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah memadai.
5. Puskesmas Yosomulyo
Diwilah kerja puskesmas Yosomulyo pada tahun 2008 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 973 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 11206 penderita dan target program sebesar 515 penderita. Angka Insiden Rate diare pada tahun 2008 yaitu 37.46 per 1000 penduduk. Pemakaian oralit sebanyak 2537 bungkus. Pada tahun 2009 ditemukan 565 penderita diare di wilyah Puskesmas Yosomulyo dngan pemakaian oralit sebanyak 2687 bungkus. Angka Insiden Rate pada tahun 2009 yaitu 21.32 per 1000 penduduk. Jadi mengalami penurunan sebesar 16.14% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Angka CFR sebesar 0% berarti tidak terdapat kasus kematian. Hal ini kemungkinan kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah memadai.
6. Puskesmas Metro
Diwilah kerja puskesmas PKM Metro pada tahun 2008 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 1194 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 9578 penderita dan target program sebesar 646 penderita. Angka Insiden Rate diare pada tahun 2008 yaitu 53.78 per 1000 penduduk. Pemakaian oralit sebanyak 2912 bungkus. Pada tahun 2009 ditemukan 727 kasus diare di wilyah Puskesmas Metro dengan pemakaian oralit sebanyak 3635 bungkus. Angka Insiden Rate yaitu 32.10 per 1000 penduduk dan angka CFR 0% berarti tidak terdapat kasus kematian. Jadi mengalami penurunan angka Insiden Rate di wilyah Puskesmas Metro sebesar 21.68% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Dari tahun ke tahun selalu terjadi penurunan angka kesakitan penyakit diare di wilyah Puskesmas Metro, hal ini kemungkinan kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah semakin memadai.
7. Puskesmas Mulyojati
Pada tahun 2008 ditemukan pendrita diare sebesar 737 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 3588 penderita dan target program sebesar 432 penderita. Angka Insiden Rate penyakit diare pada tahun 2008 sebesar 88.63 per 1000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2009 ditemukan sebanyak 476 kasus diare dengan angka Insiden Rate sebesar 56.12 per 1000 penduduk dan angka CFR 0%. Oleh karena itu terjadi penurunan Insiden Rate di wilayah Puskesmas Mulyojati sebesar 32.51% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Jadi kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah semakin memadai.
8. Puskesmas Karangrejo
Diwilah kerja puskesmas Karangrejo pada tahun 2008 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 371 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 3957 penderita dan target program sebesar 266 penderita. Insiden Rate diare pada tahun 2008 yaitu 40.47 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 ditemukan 291 kasus diare di wilyah Puskesmas Karangrejo dengan Angka Insiden Rate yaitu 31.10 per 1000 penduduk dan angka CFR (Case Fatality Rate) 0% berarti terjadi penurunan angka Insiden Rate diare di wilyah krja Puskesmas Karangrejo sebesar 9.37% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini kemungkinan kesadaran masyarakat dalam melakukan PHBS sudah meningkat dan program penyehatan lingkungan terutama pada sanitasi dasar sudah semakin memadai.
9. Puskesmas Purwosari
Puskesmas Purwosari merupakan puskesmas induk baru dan baru operasional awal tahun 2009. Diwilah kerja puskesmas Purwosari pada tahun 2009 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 195 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 1763 penderita dan target program sebesar 183 penderita. Pemakaian oralit sebanyak 326 bungkus. Insiden Rate diare pada tahun 2009 yaitu 46.80 per 1000 penduduk.
10. Puskesmas Yosodadi
Puskesmas Yosodadi merupakan puskesmas induk baru dan baru operasional awal tahun 2009. Diwilah kerja puskesmas Yosodadi pada tahun 2009 ditemukan jumlah penderita diare sebesar 322 penderita dari perkiraan jumlah kasus diare sebesar 5661 penderita dan target program sebesar 279 penderita. Pemakaian oralit sebanyak 1605 bungkus. Insiden Rate diare pada tahun 2009 yaitu 24.06 per 1000 penduduk. Berkenaan dengan hasil kegiatan program diare di Kota Metro tahun 2009, maka diketahu sebagai berikut :





INCIDEN RATE PENYAKIT DIARE PER PUSKESMAS
DI KOTA METRO TH 2009

Ket : Inciden Rate : per 1000 penduduk
Target ditentukan : 3% per jumlah penduduk


CAKUPA PROGRAM DIARE
DI KOTA METRO TH 2009

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Untuk mengetahui cara penularan penyakit yang mudah menular ini dapat dilakukan dengan mengetahui jenis tingkatan dari penyakit tersebut, contohya penyakit AIDS/HIV, penyakit ini tergolong mematikan seperti penyakit mematikan lain seperti jantung, kanker dan lain-lain.
Dalam mengetahui apa saja dampak yang telah diakibatkan oleh penyakit menular ini banyak sekali seperti pada AIDS, kusta, IMS, diare, TB, dan lain-lain yang dapat berakibat kelumpuhan, kerusakan organ dalam, dan bisa sampai menimbulkan kematian jika penyakit ini tidak segera disembuhkan. Untuk mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan oleh seseorang yang terjangkit penyakit menular seperti pada penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusi. Seperti pada penyakit kusta memiliki gejala seperti timbul bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak, adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus, kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat, adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit, alis rambut rontok, muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa). Pada penyakit lepra yang salah satu bakteri penyebabnya juga penyebab pnyakit kusta yakni Mycobacterium leprae, memiliki gejala panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil, anoreksia, nausea, kadang-kadang disertai vomitus, cephalgia, kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis,. kadang-kadang juga disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali dan neuritis. Gejala-gejala ini masih banyak lagi sampai ada yang berakibat organ-organ dalam tubuh rusak.
Untuk mengetahui cara yang tepat dalam memutuskan rantai penularan serta cara penyembuhan yang terbaik bagi para penderita ini dapat dilakukan banyak hal seperti yang telah diinformasikan pada setiap puskesmas ataupun tempat kesehatan yang lain, misalkannya pada penyakit tuberculosis yang diakibatkan kuman TB, kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Jadi untuk memutuskan kuman TB jadi harus diperbanyak dalam olah raga yang terkena sinar matahari pagi maupun sore. Dalam penyembuhan penyakit TB ini harus melakukan berbagai intruksi dari puskesmas atau tempat-tempat kesehatan seperti rumah sakit. misalkan berolah raga, meminim obat, perawatan dan lain-lain. Misalkan petugas PMO, PMO adalah seseorang yang bertugas untuk mengawasi, memberikan dorongan dan memastikan pendrita TB menelan OAT secara teratur sampai selesai. Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam mengantisipasi penyakit agar tidak menular, dapat dilakukan dengan menutup hidung dengan masker agar penyakit yang menular lewat udara dapat terjegah, atau bisa memilih makanan yang baik dan masih banyak lagi.

B. SARAN
Dalam mensukseskan program kesehatan yang ada di Indonsia khusunya pada masalah penyakit yang dapat menular. Kami menghimbau agar setiap masyarakar agar lebih mencintai dan menjaga lingkungan skitarnya, jika hal ini tidak dilaksanakan maka akan timbul berbagai masalah seperti adanya penyakit yang mampu menular. Kami juga menghimbau agar tempat-tempat kesehatan seperti POSYANDU, PUSKESMAS, RS dan lain-lain, untuk lebih giat megajak masyarakat untuk melakukan hal-hal yang mampu mencegah penyakit untuk datang kembali serta memberi informasi tentang asal mula timbul penyakit serta dampaknya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
.
.
.
.
Scientists Only »
PENTING!!! Terima kasih atas kunjungannya, saya mengharapkan kritik dan sarannya melalui kotak komentar apabila game, program, dan segala software yang lain dan telah di upload di blog ini mengalami kerusakan atau file corupt, serta kekurangannya. jika ada yang akan direquest untuk info update harap berkomentar!!
http://einsteinfisika.blogspot.com/