BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini peran guru dalam pendidikan tidak hanya dalam menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa tersebut agar mencapai kematangan emosional dan sosial sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Kegiatan ini sering dinamakan bimbingan dan konseling yang menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran. Tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
Setiap siswa memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Sehingga mereka akan menghadapi kesulitan dalam menerima pelajaran yang berbeda pula. Untuk menghadapi hal ini, siswa perlu dihadapkan pada seorang guru yang memang ahli dalam hal tersebut. Biasanya siswa akan dapat menceritakan semua kesulitan ketika proses belajar maupun masalah- masalah yang tidak dapat dipecahkan dan tidak mau menceritakan permasalahan tersebut kepada orang lain, termasuk teman dan orang tuanya. Maka siswa tersebut akan mengalami stres yang akan mengganggu saat pelajaran.
Dalam masalah lain, misalnya siswa yang selalu mendapatkan nilai rendah dalam mata pelajaran tertentu, sehingga siswa merasa minder dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Selain itu jika dalam proses pembelajaran siswa selalu dimarahi dan tidak pernah diperhatikan oleh gurunya, sehingga dia akan merasa bahwa dia berbeda dengan teman-temannya. Oleh karena itu, kami membahas materi tentang peran guru dalam bimbangan konseling dan pengelolaan stress dalam pembelajaran.
B. Tujuan penulisan
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa tujuan yaitu:
a. Membantu proses pembelajaran agar siswa dapat mengikuti proses tersebut secara efektif.
b. Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam proses pembelajaran
c. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bimbingan konseling dan pengelolaan stress dalam pembelajaran
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini adalah bagaimana peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling dan pengelolaan stress dalam pekerjaaan ?
D. Sistematika Makalah.
Bab I menerangkan tentang latar belakang yang mendorong kami untuk menbuat makalah ini, tujuan penulisan dan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Bab II menerangkan tentang materi-materi yang berkaitan dengan peran guru dalam bimbingan konseling serta pengelolaan stress dalam pekerjaan. Selain itu, dalam bab ini juga diterangkan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan bimbingan konseling dan stress dalam pekerjaan.
Bab III menerangkan tentang tanggapan atau saran terhadap materi yang dibahas dan simpulan berdasarkan materi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “conseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti :Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer). Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah atu jenis layanan bimbingan.
Menurut Jones (1963) guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang di bimbing (klien).
Rochman Natawidjaja (1978) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Menurut bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Istilah konseling (counseling) di artikan sebagai penyuluhan.Tetapi kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan penyuluhan lainya seperti, penyuluhan dalam bidang pertanian danpenyuluhan dalam keluarga berencana. Untuk menekankan kekhususanya itulah dipakai istilah Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini (Winkel; 1978)
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976; 19) Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
b. Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c. Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.
d. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e. Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuanya sendiri.
B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikandan pengajaran di sekolah itu. Bimbingan dan Konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor yaitu:
1. Sekolah merupakan lingkungan kedua sesudah di rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru diantaranya :
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang berkaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan salah suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah.
Tujuan Bimbingan sekolah diantaranya membantu siswa dalam hal:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah social-emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
D. Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan di sekolah dapat digolongkan ke dalam bimbingan belajar pribadi, social dan juga karier. Walaupun secara teoritis ke empat jenis bimbingan itu dapat dibedakan, tetapi dalam praktik satu sama lain akan terkait erat dan tidak dapat dibedakan dan dipilih-pilih secara tegas. Secara ringkas layanan bimbingan yang dimaksud akan dibahas dalam uraian berikut ini :
a. Bimbingan Belajar.
Bimbingan belajar diarahkan kepada upaya membantu peserta didik dalam mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program kurikuler sekolah. Bimbingan ini antara lain :
a. Cara belajar, baik belajar secara kelompok atau individual.
b. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
c. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d. Cara mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
e. Cara, proses, dan Prosedur tentang mengikuti pembelajaran.
b. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi lebih terfokus kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosi, dan identitas layanan diri.
Bertolak dari orientasi ekologi perkembangan manusia dalam bimbingan, peran guru dalam membantu perkembangan peserta didik adalah sebagai berikut :
a. Bersikap peduli terhadap anak.
Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik sebagai seorang pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya.
b. Bersikap konsisten.
Sikap konsisten ialah bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan konsekuensi tindakannya dan bukan karena persamaan perlakuan yang diberikan guru.
c. Mengembangkan lingkungan yang stabil.
Guru harus berupaya mengembankan struktur program dan tatanan yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki keteraturan, stabilitas dan tujuan.
d. Bersikap permisif.
Sikap permisif ialah memberikan keleluasaan dan menumbuhkan keberanian peserta didikuntuk menyatakan diri dan menguji kemampuannya serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan keragaman perilaku peserta didik
c. Bimbingan Sosial.
Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi didalam kelompok.Keterampilan sosial yaitu kecakapan berinteraksi dengan orang lain, dan cara-cara yang digunakan dalam interaksi tersebut sesuai dengan aturan dan tujuan dalam konteks kehidupan sosial tertentu. Di dalam kehidupan anak sekolah, kacakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya atau orang dewasa.
d. Bimbingan karier
Bimbingan karier di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik atau ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pkerjaan dan rang lain, dan pengembangan kegiatan yang positif. Bimbingan karier di sekolah juga berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tidak disukai, kecakapan diri, disiplin, dan mengontrol kegiatan sendiri.
E. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Menurut winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
b. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.
c. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang dibimbing.
d. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak asasi.
e. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah.
f. Pelayanan ditujukkan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah.
g. Bimbingan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
F. Asas-asas Bimbingan dan Konseling.
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu kegiatan agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Priyatno (1982) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Asas kerahasiaan.
b. Asas keterbukaan.
c. Asas kesukarelaan.
d. Asas kekinian.
e. Asas kegiatan.
f. Asas kedinamisan.
g. Asas keterpaduan.
h. Asas kenormatifan.
i. Asas keahlian
j. Asas alih tangan.
k. Asas Tutwurihandayani.
G. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling.
Layanan Bimbingan dan Knseling perlu memiliki orientasi tertentu. Orientasi tersebut antara lain :
a. Orientasi Individual.
Pada hakikatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhinya dalam cara berfikir, berperasaan dan menganalisis masalah.
b. Orientasi Perkembangan.
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Dalam setiap tahap usia perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya itu.
c. Orientasi masalah.
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh orang lain.
H. Pengertian dan Sumber Stres dalam Pekerjaan Guru
1. Pengertian Stres
Stres merupakan perasaan yang tidak enak, tidak nyaman atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respons atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan atau kesejahteraan hidupnya.
Stres dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruh positif yaitu mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif yaitu menimbulkan perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau dipresi dan memicu berjangkitnya penyakit sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi dan stroke.
2. Stres pada setiap periode kehidupan
a. Stres pada masa bayi
Situasi stres yang umumnya dialami bayi merupakan pengaruh lingkungan yang tidak ramah (unfamiliar) dan adanya keharusan untuk menyusaikan diri dengan tuntutan atau peraturan orang tua.
Tuntutan atau peraturan yang harus diikuti oleh bayi itu diantaranya: menerima penyapihan dari ibunya, belajar cara makan dan mematuhi jadwal waktunya.
b. Stres pada masa anak
Stres pada anak biasanya bersumber dari keluarga, sekolah dan teman mainnya. Stres yang bersumber dari keluarga seperti : kurang curahan kasih sayang dari orang tua dan perubahan status keluarga “seperti dari serba kecukupan menjadi serba kekurangan atau broken home”. Sementara itu sumber stres yang berasal dari sekolah seperti sikap dan perlakuan guru yang kasar, kurang berhasil dalam bidang akademis, tidak naik kelas, kesulitan dalam mengerjakan tugas dari guru dan keadaan sekolah yang kurang kondusif untuk belajar.
c. Stres pada masa remaja
Yang menjadi sumber utama stress pada masa ini adalah konflik atau pertentangan antara dominasi, peraturan atau tuntutan orang tua dengan kebutuhan remaja untuk bebas atau independen dari peraturan tersebut.
d. Stres pada masa dewasa
Stres yang dialami orang dewasa pada umumnya bersumber dari faktor : kegagalan perkawinan, ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga, masalah nafkah hidup atau kehilangan pekerjaan dan lainnya.
3. Gejala Stres
a. Gejala Fisik
Diantaranya : sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit jantung, sulit tidur, mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan dan sering buang air kecil.
b. Gejala Psikis
Diantaranya : gelisah atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis “masa bodoh”, sikap pesimis, hilang rasa humor, bungkam seribu bahasa, malas belajar, sering melamun dan sering marah.
4. Sumber atau pemicu Stres (Stressor)
Faktor pemicu stres dapat diklasifikasikan di dalam beberapa kelompok berikut
a. Stressor Fisik – Biologik
Seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik, wajah yang kurang cantik atau ganteng, dan postur tubuh yang di persepsi tidak ideal.
b. Stressor Psikologik
Seperti : negative thinking atau buruk sangka, frustasi, iri hati atau dendam, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi dan keinginan yang di luar kemampuan.
c. Stressor Sosial
Seperti : yang pertama, iklim kehidupan keluarga “hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis, perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal, sikap dan perlakuan orang tua yang keras, tingkat ekonomi keluarga yang rendah”. Yang kedua, faktor pekerjaan “sulit mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK, jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan serta penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan sehari-hari”.
Keterkaitan antara stressor, respons, dan dampak strees dapat dilihat bagan berikut:
Faktor yang mengganggu kestabilan (stress) organism berasal dari dalam
maupun dari luar . factor yang berasal dari dalam diri organisme adalah
1. Faktor dalam
a. Faktor biologis
Stressor biologis meliputi faktor genetika, pengalaman hidup, ritme biologis, tidur, makanan, postur tubuh, kelelahan, penyakit dan abnormalitas adaptasi.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang di duga menjadi pemicu stres diantaranya:
1. Persepsi
Salah satu faktor yang terlibat dalam persepsi adalah sistem pancaindra. Ingatan, motivasi, gen keturunan dan interprestasi dari sinyal yang diterima oleh pancaindra bersatu membentuk persepsi. Dari kenyataan ini jelas bahwa perilaku seseorang dapat mengontrol persepsi.
2. Perasaan dan emosi
Emosi merupakan aspek psikologis yang kompleks dari keadaan homeostatic yang normal (normal homeostatic state) yang berawal stimulus psikologis. Macam emosi yang paling berkaitan dengan stres antara lain:
2.1. Kecemasan (enxiety)
2.2. Rasa bersalah dan rasa khawatir (guilt dan worry)
2.3. Rasa takut (fear)
2.4. Marah (anger)
2.5. Cemburu (jealousy)
2.6. Kesedihan dan kedudukan (loss and bereavement)
3. Situasi
Situasi adalah sebuah konsepsi individual tentang suatu keadaan atau kondisi dimana dia berada pada suatu waktu. Empat tipe situasi yang dapat menimbulkan stress adalah ancaman, “fenomena rindu disaat dekat”, frustrasi dan konflik.
4. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup meliputi keseluruhan kejadian psikologis seorang individu selama hidupnya. Pengalaman hidup dapat dibagi ke dalam katagori
4.1. Perubahan hidup
Perubahan hidup adalah peristiwa dimana reaksi penanganan hal penting perlu untuk dilakukan, seperti dalam hal perceraian, kecelakaan, kesibukan.
4.2. Masa transisi kehidupan
Dalam kehidupan individu, ada saatnya masa stabil dan ada juga masa labil. Masa labil biasanya adalah masa “titi balik” (turning point) atau masa transisi dalam kehidupannya.
4.3. Krisis kehidupan
Krisis kehidupan dapat diartikan sebagai perubahan status yang radikal dalam kehidupan seseorang yang mengandung baginya.
5. Keputusan hidup
Keputusan hidup bukan berarti keputusan yan diambil individu dalam kesehariannya untuk menentukan pilihan yang ada, namun keputusan hidup memiliki konsekuensi psikologis yang lama yang akan menentukan jalan hidup dan kesehatan mental individu.
6. Perilaku (behavior)
Perilaku secara umum didefinisikan sebagai semua output dari setiap tingkatan hierarki dari sistem syaraf, sperti sensasi. Perasaan, emosi, kesadaran, penilaian.
7. Respons perlawanan (fight) dan melepaskan atau melarikan diri (flight)
1. Faktor lingkungan atau luar
a. Lingkungan fisik
Seperti cuaca (sangat panas atau sangat dingin), peristiwa alam (gempa bumi, banjir, longsor), minimnya air bersih, lingkungan yang kotor, perlengkapan kerja yang tidak memadai.
b. Lingkungan biotik
Manusia modern cenderung menjadi pemangsa (predator) bagi mahluk lainnya. Meskipun begitu mereka juga masih rentan untuk dimangsa. Pemangsa manusia dewasa ini bukan lagi seekor harimau, melainkan makhluk microscopic, seperti : bakteri dan virus yang menyebabkan timbulnya penyakit atau kerusakan pada tubuh.
c. lingkungan sosial
yang menjadi sumber stres manusia pada dasarnya adalah manusia itu sendiri, yaitu manusia dalam lingkungan kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan sosial yang dapat di katagorikan sebagai sumber stres, diantaranya : kehidupan perkotaan, gaya hidup modern, suasana tempat kerja, dan iklim kehidupan keluarga ( ketidakharmonisan antar anggota keluarga atau antar orang tua dengan anak, anak yang kurang mendapat perhatian orang tua).
a. Mengelola stres dalam pembelajaran
`
a. Pengertian pengelolaan (manajemen) stress
Pengelolaan stres disebut juga dengan istilah coping. Menurut R.S.Lazarus da Folkman (Taylor, 2003:219), coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu. Coping terdiri atas upaya yang berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengella (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi, meminimalkan) tuntutan internal dan eksternal dan knflik diantaranya. Sedangkan Weiten dan Lloyd mengemukakan bahwa coping merupakan upaya untuk mengatasi, mengurangi, atau menoleransi ancaman dan beban perasaan yang tercipta karena stress.
a. Faktor yang mempengaruhi coping
Pada bagan diatas tertera bahwa diantara factor yang mempengaruhi coping sebagai upaya untuk mereduksi atau mengatasi stres adalah
1. Dukungan sosial
Dapat diartikan sebagai pemberian bantuan atau pertolongan terhadap seseorang yang mengalami stres dari orang lain yang memiliki hubungan dekat ( saudara atau teman)
House (1981) mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki empat fungsi:
a. Emotional support, meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian.
b. Appraisal support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, termasuk usaha untuk mengklarifikasi hakikat masalah tersebut dan memberikan umpan balik tentang hikmah dibalik masalah tersebut.
c. Instrumental support, meliputi bantuan material.
2. Kepribadian
Tipe atau karakteristik kepribadian seseorang mempunyai pengaruh yang cukup berat terhadap coping. Diantara tipe atau karakteristik kepribadian adalah
a. Hardiness (ketabahan, daya tahan)
Dapat diartikan sebagai tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control dan kesadaran akan tantangan (challenge).
Suzanne kobasa (1979) sebagai pencetus istilah “hardiness” menjelaskan ketiga karakteristik tersebut sebagai berikut
1. Commitment
Yaitu kenyakinan seseorang tentang apa yang seharusnya dia lakukan, seperti keterlibatannya dalam kehidupan di lingkungan keluarga, lingkungan kerja dan lembaga sosial.
2. Internal locus control
Yaitu dimensi kepribadian tentang kenyakinan atau persepsi seseorang bahwa keberhasilan atau kegagalan yang di alaminya disebabkan oleh faktor internal (berasal dari dirinya sendiri).
3. challenge
yaitu kecendrungan persepsi seseorang terhadap situas, atau tuntutan yang sulit atau mengancam sebagai suatu tantangan (peluang) yang harus dihadapi.
b. Optimisme
Optimisme merupakan suatu kecendrungan umum untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik (weiten/Lloyd, 1994 : 90). Sikap optimis memungkinkan seseorang dapat meng-cope stres secra lebih efektif, dan dapat mereduksi dampaknya yaitu jatuh sakit.
Michael Scheier dan Charles carver (1985) menemukan dalam penelitiannya terhadap mahasiswa bahwa terdapat korelasi antara sikap optimis dengan kesehatan fisik yang baik. Instrument yang digunakan untuk mengukur optimism ini adalah LOT (Life Orientation Test). Instrument ini dibagikan kepada para mahasiswa, empat munggu menjelang Ujian akhir semester. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang skornya tinggi memiliki kesehatan fisik yang lebih baik di bandingkan dengan mahasiswa yang skornya rendah. Hasil penelitian mereka berikutnya menunjukan bahwa seseorang yang optimis mampu mengatasi stress secara lebih baik.
c. Humoris
Orang yang senang humoris cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi stress daripada orang yang tidak senang humor (seperti orang yang besikap kaku, dingin, pemarah). Dalam studinya tentang beberapa cara “coping” Mc Crae (1984)menemukan bahwa 40 % sikap humor itu dapat mengurangi stres. Dixon (1980) mengemukakan bahwa humor, joke atau ketawa dapat berfungsi sebagai upanya untuk menilai kembali situasi stres dengan cara yang kurang mengancam dan dapat melepaskan emosi negative yang terpendam.
b. Kiat – Kiat mengelola stres
Carver, Scheier dan Weintraub (weiten dan Lloyd. 1984 ; Shelly E Taylor, 2003) mengembangkan instrument pengukuran yang disebut “the cope” yang mengindetifikasi 14 strategi, respons atau katagori coping .
No | Strategi coping | Contoh item | Korelasi dengan self-Estem | Korelasi dengan anxiety |
1 | Coping aktif (active coping ) | Saya melakukan suatu kegiatan untuk melepaskan diri dari masalah | 27 | -25 |
2 | Perencanaan (planning) | Saya membuat rencana untuk melakukan suatu kegiatan | 22 | -15 |
3 | Penekanan terhadap kegiatan yang lebih penting (skala prioritas) | Saya menunda kegiatan lain agar berkonsentrasi terhadap satu kegiatan | 07 | -10 |
4 | Menahan diri | Saya menahan diri dengan cara menunggu waktu yang tepat untuk melakukan suatu kegiatan | -03 | -19 |
5 | Mencari dukungan instrumental | Saya bertanya (meminta nasihat) kepada orang lain yang mempunyai pengalaman yang sama tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang dihadapi | 12 | 01 |
6 | Mencari dukungan emosional (using emotional supprt) | Saya membicarakan tentang apa yang saya rasakan kepada orang lain | 06 | 14 |
7 | Menafsirkan situasi secara positif (positif reframing) | Saya menilai sesuatu (situasi) secara positif | 16 | -25 |
8 | Menerima kenyataan (acceptance) | Saya belajar hidup apa adanya | 12 | -15 |
Sementara coping yang konstruktif diartikan sebagai upaya untuk menghadapi situasi stres secara sehat. Coping yang konstruktif ini memiliki cirri sebagai berikut .
1. Menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternative secara rasional dalam upaya memecahkan masalah tersebut.
2. Menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan yang rasional
3. Mengendalikan diri (self-control) dalam mengatasi masalah yang di hadapi.
Coping yang konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau metode diantaranya
a. Rational-Emotive therapy
Terapi rasional-emotif merupakan suatu pendekatan terapi yang mefokuskan kepada upaya untuk mengubah pola berpikir klien yang irrasional sehingga dapat mengurangi gangguan emosi atau perilaku yang maladaptive.
Pikiran – pikiran irrasional itu sebgai berikut.
1. Saya harus dicintai atau disayangi oleh semua orang.
2. Saya harus tampil sempurna dalam setiap keadaan.
3. Orang lain harus memperlakukan (melayani) saya dengan baik.
4. Segala sesuatu harus berlangsung sesuai dengan cara yang saya senangi.
Seseorang yang memiliki pikiran irrasional seperti diatas akan rentan stres, sebab suasana kehidupan nyata sangat berbeda dengan apa yang dia inginkan.
Gagasan Ellis tentang hal tersebut dirumuskan dalam teori ABC (Activating event, Belief system, dan Consequence) ketiga konsep teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Activating event (A) merupakan peristiwa yang dipandang menjadi sumber stres seperti : kegagalan memperoleh prestasi yang baik atau promosi kenaikan pangkat, di PHK, dan kemacetan lalu lintas.
2. Belief system (B) yaitu kenyakinan atau persepsi tentang peristiwa (positif atau negatif, rasional atau irrasional)
3. Consequence (C) adalah dampak (baik emosi maupun perilaku) dari cara berpikir (belief system) apakah positif atau negative
a. Meditasi
Meditasi merupakan latihan mental untuk memfouskan kesadaran atau perhatian dengan cara yang nnanalitis (Weiten dan Lloyd 1994). Meditasi Transidental dapat meningkatkan energi, kesehatan, hubungan interpersonal, kebahagiaan, mereduksi ketegangan dan kecemasan yang disebabkan oleh stress.
b. Relaksasi
Menurut Lehrer dan Wolfock (1984) relakssi dapat mengatasi kekalutan emosional dan mereduksi masalah fisiologis ( gangguan atau penyakit fisik ).
BAB III
PENUTUP
A. Tanggapan.
Menurut kelompok kami, di setiap sekolah hendaknya ada seorang guru yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani masalah-masalah ( bimbingan dan konseling ) yang dihadapi oleh siswa yang dapat mengganggu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan bantuan guru tersebut. Namun, jika di sekolah tersebut tidak ada guru bimbingan dan konseling maka siswa yang mempunyai masalah dan tidak dapat memecahkan masalah tersebut akan merasa frustasi yang dapat mengakibatkan stress.
B. Simpulan.
Berdasarkan pembahasan makalah pada kelompok kami dapat disimpulkan bahwa untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang dihadapi siswa seringkali memerlukan layanan yang professional dari seorang guru yang dapat memainkan peran bimbingan dan konseling serta pengelolaan stress dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2010. Sumber Stress dalam pekerjaan guru. (online)
http://pakarnoto.blogspot.com/2010/04/sumber-stres-dalam-pekerjaan-guru.html
Anonimus. 2011. Peran guru dalam Bimbingan dan konseling. (online) http://re-
searchengines.com/rustanti40708.html
Djam’an Satori. (No Year). Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Soetjipto dan Raflis Kosasih. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment