Wednesday, December 1, 2010

analisis dan artikel PENGANTAR PENDIDIKAN

ARTIKEL
Tentang Mahasiswa Harus Ubah Cara Belajar

MEDAN, KOMPAS.com — Mahasiswa harus mampu meninggalkan cara belajar lama yang hanya mengandalkan masukan dari dosen semata tanpa berusaha mencari tambahan dari sumber-sumber ilmu lainnya.

Pendapat itu dilontarkan oleh pengamat pendidikan dari Universitas Sumatera Utara (USU) Drs Zulnaidi Sabtu (22/8) di Medan, Sumatera Utara. Zulnaidi mengatakan, ilmu pengetahuan dari berbagai disiplim ilmu terus berkembang memunculkan temuan-temuan terbaru seiring perkembangan zaman dan dipublikasikan baik melalui media massa cetak, elektronik, maupun internet.

Jadi tidak sebatas hanya mendengar apa yang dikatakan dosen. Intinya mahasiswa diharapkan mampu mengubah cara belajarnya seperti ketika masih duduk di bangku SLTA yang lebih banyak menggunakan proses pembelajaran satu arah, katanya.

Sementara itu, pengamat pendidikan dari IAIN Sumut, Dr Phil H Zainul Fuad, mengatakan, mahasiswa harus memiliki kompetensi, kepribadian, keahlian berkarya, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat. Untuk itu, paradigma belajar di sekolah yang monoton dan terkesan hanya menggunakan buku sebagai acuan harus dirombak.

Konsep ini, kata dia, harus segera ditinggalkan dan diganti dengan pola yang terjadwal. Mahasiswa baru harus punya jadwal belajar, kapan ke perpustakaan, kapan berdiskusi, serta kapan waktunya bermain. Sarana dan prasarana kampus yang telah tersedia juga harus dimanfaatkan mahasiswa semaksimal mungkin.

ANALISIS
ARTIKEL TENTANG MAHASISWA HARUS UBAH CARA BELAJAR

Mahasiswa yang bisa mengubah cara belajar dengan baik, maka mereka akan menghasilkan kemudahan dalam proses belajar. Kebanyakan mahasiswa yang hanya suka mendengarkan dosen berbicara, tetapi tidak untuk mengembangkan untuk lebih dalam, maka akan memberi dampak yang kurang baik pada diri sendiri.
Perencanaan dalam mengatur strategi yang baik adalah langkah awal untuk memulai kegiatan, contoh dengan adanya jadwal belajar, maka para mahasiswa dengan mudah untuk mengatur kegiatan dari bangun tidur sampai tidur kembali. Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
Kesadaran orang untuk memanfaatkan teknologi sebagai media dan alat bantu telah berkembang seiring kebutuhan hidup yang makin hari makin kompleks, termasuk kebutuhan di dunia pendidikan. Dunia pendidikan sebagai tolak ukur kemajuan bangsa memerlukan perhatian komprehensif tentang bagaimana mengembangkan teknologi berbasis pendidikan atau pendidikan berbasis teknologi. Institusi pendidikan sebagai satu kesatuan lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat sudah selayaknya memberikan ruang yang cukup luas untuk pengembangan teknologi, yang diharapkan dapat membantu lancarnya sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, hal tersebut, seperti yang dikatakan oleh para ilmuan seperti :
1) Mantan sekretaris pendidikan negara Amerika, Rod Paige mengatakan, “Pendidikan adalah sektor industri yang masih memperdebatkan kegunaan teknologi”.
2) Bill Gates, pendiri Microsoft mengatakan dalam bukunya, The Road Ahead: “Saya selalu peduli tentang pendidikan, tetapi sekarang saya seorang ayah sehingga saya memberikan pemikiran yang lebih mendalam. Saya melihat dari pengalaman pribadi bagaimana pembelajaran akan meningkat jika alat-alat yang tepat ada di tangan dan bagaimana sulitnya itu ketika alat yang baik dan informasi tidak tersedia. Potensi manusia terbuang ketika siswa-siswi di mana saja, terutama sekali anak-anak, yang secara alamiah mencintai komputer dan interaksi. Tidak mempunyai akses ke teknologi informasi yang menjadi barang biasa dalam dunia bisnis yang berpikir ke depan.”
3) Susan Brooks–Young menulis dalam bukunya, Digital-Age Literacy for Teachers: Applying Technology Standards to Everyday Practice: “Hari ini guru-guru harus mendapatkan kenyataan bahwa menyelesaikan tugas-tugas dengan metode tradisional masih bisa berjalan, tetapi ini akan membuat siswa-siswi menjadi dingin. Kenapa? Karena di luar kelas siswa-siswi mempunyai akses ke teknologi yang dapat membuat mereka dapat mengerjakan tugas-tugas yang sama yang lebih masuk akal bagi mereka. Daripada memegang cara lama bagaimana dahulu guru-guru belajar, guru-guru seharusnya memanfaatkan teknologi di dunia nyata dan paling tidak, mencerminkan, kalau tidak memimpin, penggunaan teknologi di kelas.”
Oleh karena itu teknologi sangat dianjurkan dalam mengembangkan pengetahuan atau dalam proses belajar. Karena secara umum media teknologi mempunyai kegunaan:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Dengan demikian pemanfaatan atas teknologi yang diciptakan untuk dunia pendidikan sangat diperlukan bagi mahasiswa.

ARTIKEL
Tentang Strategi Belajar Efektif
Pencapaian hasil yang maksimal dari anak didik tergantung dari cara belajar atau strategi belajar siswa. Pemaksaan atau pemberian tekanan pada anak tidak akan menciptakan hasil yang maksimal, bahkan akan menimbulkan stres pada anak. Menumbuhkan motivasi pada anak adalah suatu cara yang paling efektif dalam belajar. Anak yang sudah mempunyai motivasi belajar, dimana timbul dari dalam dirinya sendiri, akan menciptakan pencapaian hasil yang maksimal.
Para pendidik dan orang tua harus dapat menjadi motivator bagi anak.
Ada beberapa strategi yang efektif:
1. Tumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak
2. Ciptakan suasana yang aman dan nyaman baik di sekolah maupun di rumah
3. Dukungan sinergi dari pendidik dan orang tua
4. Pemberian reward/penghargaan jika anak mendapatkan prestasi ataupun belum mendapatkan prestasi
5. Belajar rutin atau kontinyu
Waktu belajar tidak terlalu lama. Tetapi belajar yang rutin atau kontinyu setiap hari
Belajar setiap hari dengan waktu 30 menit atau setengah jam lebih efektif dibandingkan belajar jika akan ulangan dalam waktu 2 jam
6. Problem Solving
Pemecahan masalah yang dihadapi anak. Pendidik dan orang tua harus dapat memecahkan masalah (problem yang sedang dihadapi anak, beri pendekatan personal bagi anak yang sedang mendapat masalah
Strategi belajar yang efektif, lingkungan belajar yang kondusif dan dukungan sinergi dari pendidik dan orang tua merupakan modal yang utama akan pencapaian hasil yang optimal
Pencapaian hasil yang maksimal bukan dilihat dari nilai bagus saja tetapi dilihat bagaimana anak memahami pelajaran, memecahkan masalah sendiri dan kemampuan keterampilan dibidang lain
Dengan demikian menjadikan anak yang kreatif, inovatif dan mandiri dapat tercapai

ANALISIS
ARTIKEL TENTANG STRATEGI BELAJAR YANG EFEKTIF
Belajar dengan strategi yang baik dan benar, akan lebih efektif dari pada belajar dengan asal-asalan. Belajar yang fektif dapat timbul dari dukungan orang tua, lingkungan, dll. Missalkan :
 Orang tua
Peran orang tua sangat penting dalam proses pendidikan seorang anak, karena peranan tersebut dapat menimbulkan motivasi terhadap anak, sehingga pada diri anak tersebut akan timbul rasa ingin belajar. Orang tua juga dapat meningkatkan konsep diri pada anak, dan meningkatkan hasil belajar. Sehingga keterlibatan orang tua terhadap anak dapat menimbulkan 3 kemungkinan yaitu, orentasi pada tugas, proses, dan perkembangan anak. Sedangkan Peranan sekolah juga sangat penting dalam mempengaruhi sistem belajar anak. Ini termasuk peran guru dalam membantu anak mencintai materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Di sinilah pentingnya kreativitas guru; Inovasi guru, kesabaran guru, bagaimana seorang guru dapat membuat proses pembelajaran menjadi suatu yang tidak menjemukan murid. Bagaimana ia dapat membuat sebuah teori tak sekadar berupa kata-kata hafalan saja, tapi juga dipahami oleh anak. Idealnya, guru harus bisa membuat mata murid terbuka sehingga mengerti mengapa ia harus capek-capek mempelajari suatu pelajaran. Untuk itulah antusiasme dan rasa ketertarikan guru terhadap pelajaran tertentu perlu ditularkan pada murid. Guru juga hendaknya sabar dalam pembimbingan terhadap anak. Kita temukan juga bahwa guru cepat emosi karena anak lambat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Keadaan ini akan menyebabkan anak kurang senang dengan materi pelajaran yang dipegang oleh guru disebabkan emosional guru tersebut. Guru juga perlu mencari cara belajar baru untuk lebih memahamkan materi kepada anak didik jika satu cara yang diterapkan sebelumnya kurang mampu memberikan pemahamann kepada siswa.
Intinya, metode pengajaran yang baik, performan guru akan membuat anak tertarik untuk belajar. Ini berarti murid tak harus menerima pelajaran hanya dengan duduk diam di kursi, tapi bisa dengan cara bermain, menonton VCD dan lainnya. Otomatis ia akan menjalani proses belajar dari awal dengan baik, dari mulai mendengarkan penjelasan guru hingga mengembangkan rasa ingin tahunya sendiri dengan mencari bahan-bahan untuk menambah pemahaman materi tersebut. "Karena selalu menelaah materi yang didapat dan mengaitkannya dengan keseharian, ketika ada tugas, anak akan selalu siap. Secara tidak langsung ia jadi sering belajar dan cukup paham akan materi pelajarannya."
 Lingkungan
Lingkungan yang alami dan nyaman akan membuat anak bisa belajar dengan baik. Karena lingkungan tersebut akan menimbulkan motivasi atau semangat yang tumbuh dengan sendirinya pada diri anak tersebut, dengan pengaruh suasana yang alami, anak juga bisa terinspirasi dengan benda atau hal yang ada di sekitarnya. Seperti yang sudah dikatakan oleh Jean - Jacques Rousseau. Dalam bukunya Du de 'education,. Yang menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir hingga remaja.
Menurut Rousseau: "Tuhan menciptakan segalanya dengan baik; adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat (God make every things good; man meddles with them and they becom evil).
Rousseau menyarankan "kembali ke alam" atau "back to nature", dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yaitu : "naturalisme". Naturalisme berarti, pendidikan akan diperoleh dari alam, manusia, atau benda, bersifat alamiah sehingga memacu berkembangnya mutu, seperti kebahagiaan, sportivitas dan rasa ingin tahu. Dalam prakteknya naturalisme menolak pakaian seragam (dress code), standarisasi keterampilan dasar yang minimum, dan sangat mendorong kebebasan anak dalam belajar.
 Belajar rutin (kontinyu)
Belajar secara kontinyu, dapat dilakukan dengan belajar setiap hari. Karena anak dapat mengulang pelajaran atau materi yang sudah dijelaskan atau yang belum dijelaskan oleh guru, dengan sering belajar secara terus-menerus, maka anak merasa ringan dalam memahami pelajaran tersebut. Belajar dengan rutin dapat dimulai dengan disiplin dalam mengatur jadwal, karena Cara belajar anak tergantung pada kebiasaan yang diterapkan oleh orang tua di rumah. Jika orang tua tidak menerapkan disiplin belajar dengan baik, maka cara belajar anak jadi berantakan. Bagaimanapun juga, peran orang tua untuk membentuk pola belajar bagi anak sangat besar. Untuk itu dapat diterapkan cara disiplin dalam belajar dari usia sedini mungkin. Caranya, dengan selalu mengingatkan anak untuk belajar sesuai jadwal belajarnya. Dengan disiplin seperti ini, anak akan cinta belajar. Ia melihat setiap tugas belajar bukan sebagai suatu beban tapi sebagai kewajiban yang harus dipenuhi. Maka anak akan melihat, belajar itu adalah sebagai suatu kebutuhan.. Dengan pola belajar yang teratur dan disiplin, anak akan merasa lebih tenang. Ia juga lebih percaya diri dan berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas.
 Pemberian reward
Kemampuan pada diri anak dapat dipantau setiap saat. Setiap langkah yang sudah dijalankan oleh anak bisa diberi penghargaan. Dengan begitu, apa pun hasilnya, anak merasa tetap dihargai karena ia sudah berusaha. Hal ini akan mendorong anak untuk mencoba dan mencoba lagi setiap kali menemukan kegagalan. "Misalnya anak sudah belajar tetapi hasil yang didapat tak sesuai dengan harapan atau keinginan orang tua, dan anak tak perlu dimarahi, tetapi diberi penghargaan dengan mengatakan bahwa ia sudah berupaya belajar dengan baik tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal.". Oleh karena itu pemberian penghargaan harus tetap berjalan, karena dapat menumbuhkan rasa ingin belajar terhadap diri anak
 Problem solving
Guru atau orang tua harus tahu apa yang ditanyakan oleh murid atau anaknya, sehingga anak bisa mengerti tentang apa saja yang belum mereka ketahui. Jika anak sering bertanya kepada guru atau orang tua, dan mereka bisa menjawab, maka anak tersebut akan menjadi lebih tahu.
Dengan demikian anak bisa menjadi kreatif, inovatif, dan mandiri dapat. Dan janganlah takut berbuat tentang berbagai hal yang bisa bermanfaat bagi diri kita.

ARTIKEL
Tentang Bagaimana Cara Anak Belajar

Jika Saudara memasuki ruang pengemudi sebuah pesawat terbang dengan maksud terbang ke tempat yang jauh, maka akan berguna bagi Saudara bila mengetahui tentang cara terbangnya sebuah pesawat udara dan cara memakainya alat-alat pengemudi tersebut. Tanpa pengetahuan ini tipislah harapan Saudara akan mencapai tempat tujuan itu dengan selamat. Hal ini juga berlaku dalam pelayanan Saudara sebagai guru Sekolah Minggu. Untuk menjadi guru yang efektif, pengertian tentang cara belajarnya para pelajar adalah penting. Sebab kita harus mengajar sesuai dengan cara belajar para pelajar itu.

Mari kita lihat seperti apa sebenarnya cara belajar anak melalui ulasan-ulasan berikut ini.

1. Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).

Anak senantiasa belajar. Tak pernah mereka berhenti belajar. Bahkan mereka mungkin mempelajari beberapa hal sekaligus, padahal kita tidak pernah bermaksud mengajarkan hal tersebut kepada mereka. Kalau pengajaran kita tidak menantang mereka, boleh jadi mereka "belajar" bahwa Sekolah Minggu sangat membosankan dan tidak menarik. Jika penelitian Alkitab tidak membangkitkan minat, boleh jadi mereka "belajar" bahwa Alkitab adalah buku kuno yang menjemukan dan tidak ada hubungannya dengan masa sekarang. Jika mereka secara pribadi tidak terlibat dalam bagian doa dan penyembahan, boleh jadi mereka "belajar" bahwa saat doa adalah waktu yang baik untuk mengganggu teman yang duduk di sampingnya karena guru sedang menutup mata.

Kita sekali-kali tidak akan sengaja mengajarkan hal-hal ini. Namun demikian anak-anak mungkin akan mempelajarinya. Dengan mengetahui bahwa para murid kita belajar secara kontinyu, mungkin akan menolong kita untuk lebih berhati-hati mengenai apa yang kita ajarkan secara tidak langsung melalui suasana kelas.

2. Anak belajar melalui panca inderanya.

Mereka belajar:
a. 1 persen dari apa yang mereka baca.
b. 20 persen dari apa yang mereka dengar.
c. 30 persen dari apa yang mereka lihat.
d. 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengan.
e. 70 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melihat.
f. 80 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melakukannya.

Anak hanya mempunyai satu cara belajar, yakni melalui panca inderanya. Panca indera itu merupakan pintu masuk ke dalam kesadarannya. Fakta ini menunjukkan pentingnya penggunaan bermacam-macam bahan bantuan untuk mengajar.

3. Anak belajar melalui kegiatan.

Inilah prinsip yang terpenting tentang cara belajar para murid. Belajar bukanlah pengalaman yang pasif. Hal belajar bukanlah sesuatu yang sekedar terjadi pada anak itu, melainkan adalah sesuatu yang dilakukan oleh anak itu. Anak dapat mengingat paling banyak dari sesuatu yang dipelajarinya dengan cara mengatakan dan melakukan.

Anak dapat terlibat dalam proses belajar melalui beberapa cara. Ia bisa belajar secara langsung dalam kegiatan-kegiatan, misalnya mengerjakan proyek-proyek, pekerjaan tangan, diskusi dan drama. Atau melalui lukisan-lukisan cerita ia bisa terlibat, secara tidak langsung karena menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perasaannya dapat dibangkitkan, khayalannya digiatkan, emosinya digerakkan.

4. Anak akan belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai dorongan atau alasan untuk belajar.

Anak akan paling cepat belajar bila hal itu dijadikan sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan. Dalam proses belajar ada dua macam dorongan. Yang pertama adalah dorongan dari luar, secara lahir. Beberapa contoh dari dorongan sejenis ini ialah ganjaran, hadiah, penghargaan, dan pujian. Dalam mengajar di Sekolah Minggu ada tempat bagi dorongan sejenis ini, tetapi jangan sampai merupakan dorongan satu-satunya.

Dorongan yang kedua adalah dari dalam, secara batin. Keinginan, hasrat, dorongan hati pribadi adalah contoh-contoh dorongan sejenis ini. Dalam hal terlibat kebutuhan dan kepentingan yang dirasakannya. Dorongan inilah yang bekerja bila anak itu dipimpin untuk memahami bagaimana kebutuhannya dipenuhi melalui penerapan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya. Sungguh penting bagi kaum remaja dan orang dewasa menginsafi bahwa ajaran Alkitab dapat dipraktekkan bagi keperluan hidup mereka.

5. Anak akan belajar paling baik bila mereka sudah siap untuk belajar.

Ini berarti bahwa sebelum pengajar menarik perhatian anak dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka, mereka harus disiapkan untuk menerima kebenaran Alkitab. Juga, para murid siap untuk belajar bila mereka dapat melihat hubungan bagian-bagian pelajaran itu dengan keseluruhan pengajaran tersebut. Mungkin sebelumnya pengajar harus memberi uraian pendahuluan tentang seri pelajaran yang baru dan menghubungkan pelajaran-pelajaran yang dahulu dengan keseluruhannya melalui ulangan secara berkala. Suatu prinsip belajar lainnya yang terpaut di sini adalah bahwa para murid belajar hal-hal yang belum diketahuinya berdasarkan hal-hal yang sudah diketahuinya. Ini berarti pengajar harus mengetahui taraf pengertian murid-muridnya dalam hal-hal rohani. Kita harus mengetahui apa yang sudah diketahui para murid kita.

6. Anak belajar dengan jalan meniru.

Fakta ini sekali menunjukkan pentingnya kehidupan pengajar. Kita mengajar, baik dengan perbuatan dan sikap maupun dengan perkataan atau gagasan. Segala sesuatu mengenai diri kita mengajarkan sesuatu. Dalam arti yang sesungguhnya, kita ini adalah "surat ... yang dapat dibaca oleh semua orang."

ANALISIS
ARTIKEL TENTANG BAGAIMANA CARA ANAK BELAJAR
Keberhasilan adalah sesuatu yang diinginkan oleh semua orang dalam menggapai cita-citanya. Memperoleh keberhasilan pada anak tergantung dari cara bagaimana mereka belajar yang benar. Cara-cara tersbut dapat dimulai dengan berbagai cara, yaitu:
Belajar secara kontinyu.
Balajar dengan cara ini dapat dimulai dengan menerapkan kedisiplinan yang harus benar-benar di patuhi, kebanyakan orang menggunakan cara SKS (sistem kebut semalam), yaitu belajar pada saat menjelang ujian. Cara ini sangat merugikan pada diri kita sendiri, karena kapasitas atau daya serap otak sangat terbatas. Mungkin anak bisa menjadi hafal, tetapi sebenarnya dia tidak memahami materi pelajaran tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut anak perlu belajar dengan cara bertahap atau kontinyu, karena dngan melakukan cara tersebut anak akan menjadi ringan dalam proses belajar.
Melalui panca indera.
Dalam menyikapi berbagai macam mengenai gaya belajar, tentulah harus ditambah dengan logika dan kebudayaan cara kerja kita, dan yang paling penting dari semua diatas adalah suatu cara kerja otak kita yang mana dalam hal ini kita sebut dengan modalitas belajar. Secara singkat modalitas belajar adalah, suatu cara bagaimana otak menyerap informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal. Beberapa tingkatan persentasi telah menunjukkan sebagian besar alat indera yang memiliki peluang besar terhadap proses belajar adalah dengan cara mengatakan dan melakukannya yaitu 80%, dari semua itu, anak bisa bertingkah laku sesuai dengan yang di katakannya. Seperti bersosial dengan orang lain. Hal tersebut seperti yang sudah dikatakan oleh Gardner dalam bukunya Frames of Mind, yaitu K.Interpersonal (social): kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain, memperlihatkan empati dan pengertian, memperlihatkan motivasi dan tujuan mereka. Panca indera yang lainpun telah memiliki fungsi dalam proses belajar contoh Auditory ( pendengaran). Orang yang memiliki gaya belajar Auditory, mereka mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan.
Melalui kegiatan.
Seseorang yang sering melakukan kegiatan di luar/lapangan maupun di dalam, maka orang tersebut akan menjadi lebih pintar/paham terhadap kegiatan tersebut. Karena dalam proses kegiatan berlangsung, anak akan trlibat secara langsung.terhadap materi yang dilakukannya.
Dengan adanya dorongan.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi motivasi atau dorongan untuk menumbuhkan semangat dalam belajar yaitu :
Dengan mengetahui relevansi materi pelajaran yang sedang kita pelajari dengan realitas atau kegunaan materi tersebut dalam kehidupan. Sebagai contoh untuk menumbuhkan motivasi belajar pada pelajaran matematika kita harus tahu relevansi materi penjumlahan dengan realitas (kalau tidak menguasai penjumlahan maka penjaga toko tidak akan dapat menghitung berapa duit yang telah dikeluarkan pada hari ini untuk belanja roti), relevansi materi pengurangan dengan realitas (Kalau tidak menguasai pengurangan maka penjaga toko akan kesulitan menghitung uang kembalian dari salah satu pembeli), dan lain sebagainya. Dengan mengetahui relevansi dari materi yang kita pelajari terhadap kehidupan kita, maka kita akan dapat menumbuhkan motivasi dalam diri kita.
Dengan menimbulkan motif pada diri seseorang untuk belajar. Setiap perbuatan seseorang pasti memiliki motif tertentu. Motif adanya didalam diri seseorang, tetapi timbulnya motif bisa dari luar atau dalam diri seseorang. Sehingga dikenal motivasi dari luar (ekstrinsik) dan dari dalam (intrinsic). Motivasi belajar berhubungan dengan kebutuhan, drive, minat dan keinginan. Drive adalah suatu perubahan dalam struktur neurofisiologis seseorang yang menjadi dasar organis dan perubahan energi dari motivasi, jadi timbulnya motivasi karena adanya drive. Minat adalah sifat hati nurani yang timbul dengan sendirinya dan memiliki daya dorong. Minat yang besar dari seseorang akan membangkitkan keinginan. Keinginan adalah sifat hati nurani yang timbul karena orang meminati sesuatu dan mendorong terbentuknya motif untuk berbuat untuk mewujudkannya. Minat yang besar akan timbul kalau kebutuhan disadari, dan keinginan timbul dari minat akan mendorong terbentuknya motif seseorang untuk berbuat. Kebutuhan adalah nafsu yang disadari atau sesuatu yang disebabkan oleh adanya kesenjangan psikologis. Jenis-jenis kebutuhan manusia digambarkan oleh maslow dalam bentuk piramida yaitu kebutuhan faal, keamanan social, ego dan realisasi diri. Mc Clelland juga menyebutkan tiga jenis kebutuhan afiliasi kekuasaan dan prestasi Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat motivasional adalah berprestasi, berafiliasi dan berkuasa. Sedangkan kebutuhan dasar adalah kebutuhan faal, keamanan dan kenyamanan. Berbagai cara untuk menimbulkan minat belajar adalah dengan membangkitkan kebutuhan, menghubungkan dengan pengalaman yang lalu, dan membeberkan untuk mendapatkan hasil yang baik Berbagai bentuk motivasi belajar adalah persaingan (kompetisi), mendekatkan tujuan, tujuan yang jelas dan diakui, membangkitkan minat.
Anak akan belajar jika mereka sudah siap.
Ada beberapa tujuan anak belajar yaitu; Pertama, untuk sekadar mendapatkan hasil atau output tertentu, seperti nilai. Kedua, anak belajar karena temannya di sebelah rumah pergi belajar, maka anak harus juga pergi belajar. Di sini terlihat bahwa belajar anak hanya karena tidak ingin berbeda dengan teman sebelah rumahnya. Ketiga, suka dengan pengetahuan yang dipelajarinya. Tujuan ketigalah yang tentunya paling ideal. Jika motivasi belajarnya murni karena cinta pengetahuan, berarti ia tak perlu didorong-dorong untuk itu. Anak akan berinisiatif belajar dengan tekun dan disiplin. Niat juga sangat berpengaruh, karena anak akan siap jika dia mempunyai niat untuk belajar. Karena ketika kita mempelajari sesuatu ilmu wajib mmpunyai niat, seperti sabda Nabi dalam hadits shahih “ sesungguhnya sahnya amal tergantung pada niat”. Jadi niat adalah kunci dari segala amal. Dari niatlah akan timbul rasa ingin tahu.
Dengan jalan meniru.
Dengan jalan ini anak dapat mengetahui letak atau sisi, ada pada dirinya yang masih kurang. Contoh dengan belajar dari tingkah laku seseorang, seperti seseorang yang sedang melihat temannya berhadapan dengan atasannya, maka temannya dengan sendirinya menunjukan sikap hormat kepada atasanya tersebut. Dengan demikian anak yang melihatnya akan tahu tentang apa saja yang akan dilakukannya jika hendak berhadapan dengan atasannya seperti guru, dosen, direktur, dll, seperti yang sudah dicontohkan oleh temannya.
Dengan menjalankan ke enam cara tersebut, tentang bagaimana cara belajar yang benar, maka anak akan bisa menjadi lebih paham dan mudah dalam belajar.

DAFTAR RFERENCE


Admin. 2002. Bagaimana Cara Anak Belajar. (Online), Vol. 2002, No. 89, (http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/089/,diakses 15 September 2009).

Admin. 2009. Mahasiswa Harus Ubah Cara Belajar. (Online),(http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/08/22/, diakses 15 September 2009).

Zannah. S.N. 2008. Strategi Belajar Efektif. (Online), (http://darmawatiarief.com, diakses 15 September 2009).

No comments:

Post a Comment

Scientists Only »
PENTING!!! Terima kasih atas kunjungannya, saya mengharapkan kritik dan sarannya melalui kotak komentar apabila game, program, dan segala software yang lain dan telah di upload di blog ini mengalami kerusakan atau file corupt, serta kekurangannya. jika ada yang akan direquest untuk info update harap berkomentar!!
http://einsteinfisika.blogspot.com/