APLIKASI
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dijelaskan sebagai berikut.
1. Metode Ceramah
Metode ini paling umum dijumpai di sekolah-sekolah di Indonesia, karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Selain itu metode ceramah dianggap cukup efektif untuk digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak, serta bila dituntut untuk menyelesaikan materi pelajaran dalam waktu yang singkat. Pada metode ceramah guru memberikan penerangan secara lisan kepada sejumlah siswa, siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya, dan pada umumnya siswa bersifat pasif. Karena itu, pada umumnya metode ceramah kurang merangsang siswa untuk mengembangkan kreatifitas, mengemukakan pendapat, serta mencari dan mengolah informasi. Untuk mengatasi kelemahan pada metode ceramah, biasanya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir. Selain itu penyajian bahan ajar harus disampaikan secara sistematis menggunakan bantuan media yang dapat menarik perhatian siswa.
2. Metode Demonstrasi
Pada metode demonstrasi diperlihatkan suatu proses kejadian atau cara kerja suatu alat kepada siswa. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri, dibantu beberapa siswa, atau dilakukan oleh sekelompok siswa. Pada pelaksanaannya metode ini tidak hanya memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu masalah, memperlihatkan penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum yang diperoleh secara teoretis dan untuk memperkuat suatu pengertian. Metode ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga diharapkan dapat difahami secara lebih mendalam dan bertahan lama dalam pikiran siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum metode ini dilakukan di antaranya: materi yang didemonstrasikan harus diujicoba terlebih dahulu, tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan dengan jelas serta demonstrasi yang dilakukan harus dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.
3. Metode Eksperimen
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan percobaan di laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam semesta. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan percobaan sendiri baik secara individual maupun kelompok kecil. Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat
IPA atau mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru mengguna kan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa. Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan efektif.
4. Metode Diskusi
Metode ini sangat baik untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Dalam pelaksanaannya terjadi interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Menurut Webb (1985), metode diskusi sebagai pilihan mengajar bertujuan untuk: (1) meningkatkan interaksi antara siswa-siswa serta siswa-guru; (2) meningkatkan hubungan personal; dan (3) meningkatkan
keterampilan siswa dalam berpikir, serta berbicara menyampaikan pendapat di muka umum. Diskusi dapat dibedakan menjadi diskusi kelompok dan diskusi kelas. Biasanya diskusi terjadi dengan diawali adanya permasalahan. Permasalahan yang akan didiskusikan dapat dilontarkan guru secara lisan pada awal pembelajaran atau dalam bentuk tertulis dalam LKS. Permasalahan yang diberikan dapat sama untuk semua kelompok ataupun berbeda-beda. Hasil diskusi kelompok umumnya didiskusikan dalam diskusi kelas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru menelaah terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan diskusi, serta memilih topik-topik yang sekiranya dapat dikembangkan melalui metode ini. Selain itu dukungan dan perhatian guru pada pelaksanaan diskusi dapat berupa menyiapkan suasana kelas untuk pelaksanaaan diskusi yang efektif serta menyiapkan dan menggunakan format penilaian dalam pelaksanaaan diskusi.
5. Metode Proyek
Metode ini digunakan untuk menyalurkan minat siswa yang berbeda beda. Dalam pelaksanaannya sekelompok anak mendapat tugas untuk menyelesaikan proyek yang dipilihnya sendiri setelah dikonsultasikan ke gurunya. Tugas guru adalah memberi petunjuk mengenai segala sesuatu yang perlu dipelajari, dibaca, serta dicari keterangannya. Suatu proyek harus direncanakan dengan baik meliputi langkah kerja, jadwal penggunaan waktu, dan pembagian tugas dalam kelompok. Penyelesaian suatu proyek dilakukan secara kolaboratif. Untuk mencapai hasil yang optimal, guru dalam hal pelaksanaan metode ini selalu mengevaluasi ketercapaian dari target yang telah dijadwalkan. Pada akhir suatu periode guru harus berusaha memfasilitasi kelompok siswa untuk memamerkan hasil kerjanya kepada kelompok lain, kelas lain atau lingkungan yang lebih luas lagi.
6. Metode Karyawisata
Lingkungan dan masyarakatnya dapat digunakan untuk area belajar siswa, jadi siswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Melaksanakan karyawisata adalah suatu cara untuk memperluas pengalaman siswa, berupa kunjungan yang direncanakan ke suatu objek untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Suatu karyawisata akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan apabila guru mempersiapkan sebaik-baiknya. Untuk itu guru perlu mengetahui apa yang akan dilihat siswa dan informasi apa yang akan didapat. Jika memungkinkan guru sebaiknya mengadakan survey awal ke objek karyawisata yang akan dikunjungi, untuk mendapatkan informasi seperlunya mengenai hal-hal yang dapat dimanfaatkan siswa untuk dipelajari. Setelah itu guru mengadakan perencanaan pengaturan waktu, jumlah siswa yang akan diikutsertakan, peralatan yang diperlukan, serta bentuk tugas yang diberikan ketika siswa melaksanakan karyawisata. Bentuk tugas tersebut dapat diperuntukkan bagi individual ataupun kelompok. Hasil dari pelaksanaan karyawisata selain dilaporkan dalam bentuk karya tulis, sebaiknya dibahas dalam diskusi kelas sehingga menghasilkan suatu persepsi yang benar dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Persepsi tersebut terutama merupakan materi penunjang yang dapat memperluas wawasan siswa terkait dengan konten dalam materi pembelajaran.
Metode Penugasan
Pembelajaran menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Belajar mandiri ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Selain kemandirian, metode ini juga merangsang siswa untuk belajar lebih banyak dari berbagai sumber, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Pemberian tugas yang dilakukan guru harus terdeskripsikan dengan jelas dan terevaluasi dengan benar. Setelah tugas dievaluasi, guru dituntut untuk memberikan timbal balik yang dapat memperbaiki pemahaman ataupun cara penyelesaian masalah yang dimiliki siswa. Apabila tugas harus diselesaikan secara berkelompok, sebaiknya guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok agar terhindar adanya siswa yang tidak turut ambil bagian dalam pelaksanaan tugas kelompok. Dengan metode pemberian tugas, sumber belajar bagi siswa tidak hanya berasal dari guru. Selain itu sumber belajar, khususnya berupa buku pegangan seharusnya dioptimalkan penggunaannya oleh siswa untuk belajar mandiri melalui tugas belajar yang dikontrol oleh guru.
DIMENSI DARI PENILAIAN
Seiring dengan pendekatan yang seharusnya dilakukan, maka penilaian tentang kemajuan belajar siswa seharusnya dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk). Penilaian IPA didasarkan pada penilaian otentik yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup penilaian IPA dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses perolehan hasil belajar (selama kegiatan belajar).
SIKAP
Sikap seorang guru IPA seharusnya terbiasa memberikan peluang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. Agar proses pembelajaran berjalan secara optimal guru perlu membuat strategi, yaitu “Strategi Belajar Mengajar” (SBM). SBM atau strategi pembelajaran (teaching strategy) menurut Arthur L. Costa (1985) merupakan pola kegiatan pembelajaran yang berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. Pada kegiatan merancang persiapan mengajar, guru perlu menyusun strategi pembelajaran yang berupa pemilihan dan penetapan bentuk pengalaman belajar siswa. Dalam hal ini guru harus menetapkan pendekatan, metode, media, situasi kelas, dan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai yang salah satunya memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Penguasaan dan pemilikan konsep ipa
Penguasaan Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemilikan konsep-konsep ipa baik dari teori lama sampai yang baru, maka pesrta didik mampu menguasai brbagai pengtahuan khususnya dalam perkembangan IPA. Dengan memiliki teori-teori terdahulu maka ilmu tersebut dapat digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran.
No comments:
Post a Comment