PENDAHULUAN
Perubahan paradigma dalam memproses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, diharapkan dapat mendorong siwa untuk terlibat secar aaktif dalam membangun pengetahuan , sikap dan prilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuan sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Pembelajaran yang inovatif strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. Metode pembelajaran berpusat pada siswa kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagi siswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka siswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri.
ISI
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDIK
Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang bila peserta didik berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasa-gagasan alternatif mereka. Mungkin saja, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja dijelaskan pengajar. Kebebasan berpkir dan berpendapat sangat dihargai dan diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan, tidak tertekan, dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
Metode dan strategi pembelajaran lebih diorientasikan pada cara mengaktifkan peseta didik, yaitu; cara untuk menemukan, memecahkan masalah. Metode pembelajaran semacam ini akan menjadi kunci pengembangan peserta didik yang lebih berkualitas. Maka untuk mengaktifkan peserta didik secara optimal, proses pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student activie learning]”, atau mengembangkan kemampuan belajar [learning ability] atau lebih menekankan pada proses pembelajaran [learning] dan bukan pada mengajar [teaching]. Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada learning competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat:
1. Mengembangkan potensi peserta didik dan memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk self realization atau self actualization.
2. Mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan “menjadi”,
3. Materi ajaran harus diberikan secara analisis, deduktif, top down, dan “memiliki”; dan
4. Memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan ke perbagai keahlian”.
Dengan kondisi ini, perubahan “metodologi pembelajaran pada akhirnya harus membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan memilih, serta lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif “menjadi” di atas perspektif “memiliki”. Dengan demikian, sasaran setiap proses pembelajaran adalah asimilasi pembelajaran [miximizing “student learning”], dan bila perlu mengurangi porsi ceramah guru dan dosen [minimizing “teacher teaching”] dengan mengaktifkan peserta didik untuk mencari dan menemukan serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga konsep metodologi pembelajaran yang terbangun adalah ”pembelajaran” [learning] bukan ”pengajaran” [teaching]. Inilah tantangan yang dihadapi guru dan dosen untuk mengemas dan mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi kuliah yang tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan prinsip pembelajaran lebih terfokus pada “outcomes” competency, peningkatan relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang dimiliki peserta didik harus dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan standar, penggunaan penilaian dan evaluasi secara komprehensif, pengakuan terhadap kompetensi relatif yang bebas dari cara atau strategi penguasaannya dan fleksibilitas dalam mengakses perubahan, mengakses kesempatan dan pengembangan sikap serta perilaku berkarya sesuai profesinya sebagai outcomes competency. Maka, metode dan strategi pembelajaran yang didasarkan pada leaning competency, diharpakan dapat mengembangkan dan membangun tiga pilar keterampilan, yaitu :
1. Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
2. Thinking skills, keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
3. Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang tinggi.
Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi standar yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai [value], penguasaan pengetahuan [knowledge], penguasaan keterampilan dan kemahiran berkarya [ skill - keterampilan], memiliki attitude dan ability tertentu.
Pengajar harus berusaha merancang teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih dalam berupaya membuat peserta didik aktif sejak dini, yaitu: pengajar berusaha untuk membuat:
1. Team building [pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa menjadi lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat “kerja sama” dan “saling ketergantungan”.
2. On-The-Spot assessment [penilaian di tempat], yaitu : guru mempelajari tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
3. Immediate learning involvement [keterlibatan belajar seketika], yaitu ; guru menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan.
Dosen atau guru dapat membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktif. langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yaitu :
1. Full-class learning [belajar sepenuhnya di dalam kelas]; petunjuk dari pengajar yang merangsang seluruh kelas.
2. Class discussion [diskusi kelas];dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan utama.
3. Question prompting [cepatnya pertanyaan]; siswa meminta klarifikasi/penjelasan.
4. Collaborative learning [belajar dengan bekerja sama]; tugas-tugas dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
5. Peer teaching [belajar dengan sebaya], petunjuk diberikan oleh peserta didik.
6. Independent learning [belajar mandiri], aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara invidual.
7. Affective learning [belajar afektif], aktivitas-aktivitas yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
8. Skill development [pengembangan keterampilan], mempelajari dan mempraktikan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.
- Pengertian Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) merupakan strategi pembelajaran yang pada dasarnya didesain untuk membelajarkan peserta didik. Artinya, dalam pembelajaran ini sistem yang digunakan menempatkan peserta didik/siswa sebagai subjek belajar, sehingga proses pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa, karena proses pendidikan tidak hanya mengembangkan intelektual, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. (Sanjaya, W. 2008: 135).
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktiivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognotif, afektif, dan psikomotor secara berkembang, aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental maupun keduanya dan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar, dimana anak terutama mengalami intelektual emosional disamping keterlibatatan fisik didalam proses belajar mengajar.
Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar beraneka ragam, seperti mendiskusikan ,membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan siswa yang berbeda-beda ini dapatlah dikelompokkan atas aktivitas yang bersifat fisik dan aktivitas yang bersifat non fisik, seperti mental, intelektual dan emosional.
- Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik ini contohnya sangat banyak, seperti diskusi, tanya jawab, penugasan, experiment,dan lain sebagainya. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan:
- Metode ini dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, dan dapat mengembangkan berbagai aspek peseta didik yakni aspek kognotif, afektif, dan psikomotor.
- Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
- Peserta didik akan mempunyai kesempatan banyak dalam mengembangkan dan membangun pengetahuannnya.
- Pembelajaran yang dilakukan lebih kontekstual.
- Peserta didik akan mempunyai sifat kooperatif, kolaboratif, serta suportif.
- Akan terkembangnya karakter peserta didik (life-long learning).
- Pemanfaatan teknologi informasi yang efektif dan efisien.
- Kualitas lulusan akan lebih kreatif, inovatif, dan selalu memecahkan masalah tidak secara tekstual melainkan secara kontekstual
- Memberikan rasa percaya diri bagi peserta didik yang mempunyai kekurangan dalam akademis serta memiliki rasa kepemimpinan, kemandirian, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim.
j. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung
Kekurangan :
- Peserta didik kurang mendapat arahan dari pengajar, sehinggga bagian-bagian yang penting kurang diketahui.
- Terganggunya peserta didik yang bersifat pasif.
- Menggunakan waktu yang cukup banyak.
- Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Pemilihan strategi yang berorientasi pada siswa dilakukan atas pertimbangan:
- Karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
- Sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
- Jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
- Materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
- Alokasi waktu cukup tersedia.
Atau sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti:
- Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor ?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah ?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
- Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
- Pertimbangan dari sudut siswa:
1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
- Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll.
D. Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah sebagai berikut.
1. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
2. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
3. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
4. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
5. Melakukan generalisasi
- Upaya Pemecahan Kasus Pembelajarannya.
Dalam upaya memecahkan kasus pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, ini dapat dilakukan dengan cara diskusi atau tanya jawab (sharing).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis tentang strategi pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, bahwasannya, strategi ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan berbagai aspek pada setiap peserta didik, seperti kognitif, afektif, psikomotor, serta kreatif, yang berkembang dan bisa menjadi peserta didik yang bagus. Karena strategi pembelajaran ini berpusat pada aktivitas peserta didik, jadi peserta didik berperan penuh dalam meningkatkan kualitas dari segi potensi dirinya.
Serta dengan menggunakan strategi ini para peserta didik mampu memecahkan masalah (problem) yang dihadapinya bukan secara tekstual melainkan secara kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Pembelajar Akktif. Online. (http://webcache.googleusercontent.
com, akses hari Minggu 3 April 2011)
Ginanto, Dion Efrijum. 2008. Student Centered Learning sebagai Alternatif Pen-
dekatan Pembelajaran pada Siswa SMA. Online. (http://dionginanto.blogspot.com, akses hari Minggu 3 April 2011).
Imamabror. 2009. SCL dan PBL. Online. (http://webcache.googleusercontent.com
akses hari Minggu 3 April 2011)
Trismanto. 2008. Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Pember-
dayaan Peserta Didik. Online. (http://poli-trismanto.blogspot.com, akses hari Jumat 1 April 2011)
No comments:
Post a Comment